I.PENDAHULUAN
Sesungguhnya
hal yang paling berhak diperhatikan ilmunya dan dicapai puncak
ma'rifatnya, adalah ilmu yang diridhoi Alah dan yang
menunjukkan jalan yang benarkepada pemiliknya. Yang itu semua terdapat dalam
Kitabullah, yang tidak ada keraguansedikitpun di dalamnya. Turun dari-Nya tanpa
kebimbangan di dalamnya.
Setiap
pembacanya akan menemukan gudang yang berlimpah dan pahala yang agung.Tidak ada
kebatilan di hadapan dan di belakangnya. Diturunkan oleh Yang Maha Bijaksana
dan Maha Terpuji.
Dialah
Al-Qur'an yang merupakan tali Allah yang kokoh, peringatan yang penuhhikmah,
jalan yang lurus, tidak diselewengkan oleh hawa nafsu, tidak tercampur
lisan-lisan manusia, tak usang walau diulang-ulang, tidak habis keajaibannya,
tidak puas-puasnya para ulama mengambil kandungannya.
Barangsiapa
yang berucap dengannya akan benar, barangsiapa yang mengamalkannya dijanjikan
dengan pahala, barangsiapa yang berhukum dengannya akan adil, barangsiapa yang
menyeru kepadanya akan ditunjukkan oleh Allah ke jalan yang lurus, barangisapa yang
meninggalkannya karena kesombongan akan dibinasakan oleh Allah dan barangsiapa
yang mencari petunjuk selainnya akan disesatkan oleh Allah.
Allah berfirman: " Maka jika
datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu Barangsiapa yang mengikut
petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.123
Dan Barangsiapa berpaling dari
peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta".124
Berkatalah ia: "Ya Tuhanku,
mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam Keadaan buta, Padahal aku dahulunya
adalah seorang yang melihat?" 125.
Allah berfirman: "Demikianlah,
telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu (pula)
pada hari ini kamupun dilupakan".126.(QS. At Thaaha)
II.PEMBAHASAN
A.PENTINGNYA ILMU
TAFSIR
Tidaklah Allah menurunkan Al-Qur'an Al-Karim kepada manusia melainkan agar
mereka memahaminya, memikirkan dan mengamalkannya. Allah
Ta'ala berfirman,
Ini adalah sebuah kitab yang Kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkahsupaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya
dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (QS. Shod:
29)
Ibnu Jarir Ath-Thobari berkata,
“Di dalam hasungan Allah kepada hamba-hamba-Nya agar
mereka mengambilibroh dari ayat-ayat Al-Qur'an terpadat perintah yang
mewajibkan merekamengetahui tafsir ayat-ayat yang mampu diketahui oleh manusia”.[2]
Ibnu
Mas'ud berkata,
“Sungguh seseorang di antara kami (sahabat) jika
mempelajari sepuluh ayatdari Al-Qur'an tidak akan melampauinya sampai dia
mengetahui maknanyadan mengamalkannya”.[3]
Dan
merupakan hal yang dimaklumi bahwa yang dimaksud dengan setiap perkataanadalah
pemahaman makna-maknanya, bukan sekedar lafadznya. Maka Al-Qur'an lebihberhak
untuk dipahami daripada semua perkataan.[4]
Sa’id bin Jubair berkata,
“Barangsiapa membaca Al-Qur'an kemudian tidak tahu
tafsirnya, maka seakan-akan
dia seperti orang buta atau orang badui (Arab gunung)”.[5]
Dan
Allah telah mencela ahli kitab karena mereka berpaling dari kitabullah yang
diturunkan kepada mereka. Mereka sibuk mengurusi dunia
dan mengumpulkannya.Maka wajib bagi kita kaum muslimin untuk berhenti dari apa
yang dicela oleh Allah dan melaksanakan perintah-Nya untuk mempelajari
kitabullah dan memahaminya.
Allah berfirman,
Belumkah datang waktunya bagi
orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada
kebenaran yang telah turun(kepada mereka), dan janganlah mereka seperti
orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian
berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras.
Dankebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Hadid:
16)
Imam
Suyuthi berkata, "Para ulama telah sepakat bahwa ilmu tafsir termasuk dari
fardhu-fardhu kifayah."[6]
Dengan
ungkapan senada, Al-Anshori berkata, "Pekerjaan yang paling mulia untuk
digeluti manusia adalah tafsir Al-Qur'an."[7]
B.MACAM-MACAM
TAFSIR
Secara umum tafsir dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Tafsir bil ma'tsur
dan tafsir birro'yi.
Dibawah ini kita jelaskan ada dua macam tafsir ini beserta hukumnya:
1.TAFSIR BIL MA’TSUR
Tafsir bil ma’tsur adalah tafsir yang berlandaskan naqli yang shahih, dengan cara menafsirkan Al-Qur'an dengan Al-Qur'an atau dengan
sunnah, yang merupakan penjelas
kitabullah. Atau dengan perkataan para sahabat yang merupakan orang-orang yang
paling tahu tentang kitabullah, atau dengan perkataan tabi'in yang belajar
tafsir dari para sahabat.
Cara
tafsir bil ma'tsur adalah dengan memakai atsar-atsar yang menjelaskan tentang
makna suatu ayat, dan tidak membicarakan hal-hal yang
tidak ada faedahnya, selama tidak ada riwayat yang shohih tentang itu.
Berkata
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,
“Wajib diketahui bahwa nabi telah menjelaskan makna-makna
Al-Qur'an kepada para
sahabat sebagaimana telah menjelaskan lafadz-lafadznya kepada
mereka”. Karena firman Allah;
agar kamu
menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka (QS. An-Nahl: 44)
mencakup penjelasan lafadz-lafadz dan makna.
Dan
beliau juga berkata,
“Jika ada orang yang bertanya, "Apa jalan tafsir yang
terbaik?" Maka jawabannya adalah : Yang paling shahih dari cara
menafsirkan Al-Qur'an adalah
menafsirkan Al-Qur'an dengan Al-Qur'an. Apa yang dimaksud
mujmal di suatu ayat, dijelaskan di ayat lainnya. Apa
yang diringkas dalam suatu ayat, diperpanjang di tempat yang lain.
Kalau hal ini menyulitkanmu maka wajib bagimu mencarinya
dalam Sunnah Rasulullah,
karena sunnah adalah pemberi keterangan Al-Qur'an dan penjelas baginya.” Allah
berfirman,
Dan Kami
turunkan kepadamu Al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang
telah diturunkankepada mereka dan supaya mereka memikirkan. (QS. An-Nahl:44).
Dan karena inilah Rasulullah bersabda,
“Ketahuilah
aku telah diberi Al-Qur'an dan yang semisalnya (yaitu As-Sunnah)
bersamanya.”(Al
Hadits)
Dan
jika kita tidak menjumpai tafsir dalam Al-Qur'an dan sunnah, maka
kita merujuk kepada perkataan para sahabat. Karena mereka
lebih tahu tentang tafsir
dengan apa-apa yang mereka persaksikan dari Al-Qur'an dan
keadaan-keadaan khusus bagi mereka. Juga apa yang
dimiliki mereka dari pemahaman
yang sempurna, ilmu yang shahih dan amal yang shahih.
Dan
jika kita tidak mendapatkan tafsir dalam Al-Qur'an dan tidak juga
dalam As-Sunnah dan tidak juga dari perkataan para
sahabat, maka banyak para
imam yang merujuk kepada perkataan tabi'in seperti Mujahid bin Jabr,Sa'id bin
Jubair, Ikrimah, Atho' bin Abi Robah, Al-Hasan Al-Bashri, Masruqbin Al-Ajda',
Sa'in bin Al-Musayyib, Abul 'Aliyah, Robi' bin Anas, Qotadah,Adh-Dhohak bin
Muzaahim dan yang selain mereka dari tabi'in.[8]
Hukum
Tafsir Bil Ma’tsur adalah yang wajib
diikuti dan diambil. Karena terjaga dari penyelewengan makna kitabullah. Ibnu
Jarir berkata, Ahli tafsir yang paling tepat mencapai kebenaran adalah yang
paling jelas hujjahnya terhadap sesuatu yang dia tafsirkan dengan dikembalikan
tafsirnya kepada Rasulullah dengan khabar-khabar yang tsabit dari beliau dan
tidak keluar dari perkataan salaf. Telah berkata Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah,”Dan kita mengetahui bahwa Al-Qur'an telah dibaca oleh para sahabat,
tabi'in dan orang-orang yang mengikuti mereka. Dan bahwa mereka paling
tahu tentang kebenaran yang dibebankan Allah kepada
Rasulullah untukmenyampaikannya.”
2.TAFSIR
BIR RO’YI
Tafsir bir Ro’yi adalah
tafsir yang berlandaskan pemahaman pribadi penafsir, dan
istinbatnya dengan akal semata.
Tafsir
ini banyak dilakukan oleh ahli bid'ah yang meyakini pemikiran tertentu
kemudianmembawa lafadz-lafadz Al-Qur'an kepada pemikiran mereka tanpa ada
pendahulu dari kalangan
sahabat maupun tabi'in. Tidak dinukil dari para imam ataupun pendapat mereka
dan tidak pula dari tafsir mereka.Seperti kelompok Mu'tazilah yang banyak
menulis tafsir berlandaskan pokok-pokok pemikiran mereka yang sesat, seperti
Tafsir Abdurrohman bin Kaisar, Tafsir Abu' Ali Al-Juba'i, Tafsir Al-Kabir oleh
Abdul Sabban dan Al-Kasysyaf yang ditulis oleh Zamakhsari.
Hukum
Tafsir bir Ro’yi adapun menafsirkan Al-Qur'an dengan akal semata, maka hukumnya
adalah haram.Sebagaimana
firman Allah,
Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyaipengetahuan tentangnya.
(QS. Al-Isro': 36)
Rasulullah
bersabda,
Barangsiapa yang berkata tentang Al-Qur'an dengan akalnya
semata, makahendaknya mengambil tempat duduknya di neraka.(Al
Hadits)
Karena inilah, banyak ulama salaf yang merasa berat menafsirkan suatu ayat
Al-Qur'an tanpa ilmu,
sebagaimana dinukil dari Abu Bakar Ash-Shiddiq bahwa ia berkata,”Bumi manakah yang bisa membawaku, dan langit manakah yang
akan
menaungiku jika aku mengatakan sesuatu tentang Al-Qur'an
yang aku tidak punya ilmunya?”Dari Ibnu Abi Malikah bahwasanya Ibnu Abbas ditanya
tentang suatu ayat yang jika sebagian di antara kalian ditanya tentu akan
berkata tentangnya, maka ia enggan berkata tentangnya.
Berkata
Ubaidillah bin Umar:”Telah aku jumpai
para fuqoha Madinah, dan sesungguhnya merekamenganggap besar bicara dalam hal
tafsir. Di antara mereka adalah Salimbin Abdullah, Al-Qosim bin Muhammad, Sain
bin Musayyib dan Nafi'.”Masyruq berkata, "Hati-hatilah kalian dari tafsir,
karena dia adalah riwayat dari Allah." Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
berkata,”Secara umum, barangsiapa yang berpaling dari madzhab sahabat dan
tabi'in dan tafsir mereka kepada tafsir yang menyelisihinya, maka telah berbuat
kesalahan, bahkan berbuat bid'ah (sesuatu hal yang baru yang tidak ada contohnya
dari Rasulullah) dalam agama.
III.PENUTUP
Setelah
sedikit ulasan tentang macam-macam ilmu tafsir dan keutamaan pengamalannya,
maka dapat kita simpulkan bahwa lautan ilmu yang dimiliki oleh Al-Qur’an
benar-benar luas dan membutuhkan tafsiran yang sesuai kaidah yang diajarkan
oleh nabi kita Rasulullah SAW.
Maka
seyogyanya bagi kita generasi muda islami yang akan meneruskan tongkat estafet perjuangan
para mufassir-mufassir muslim kita karena pada akhir-akhir ini kita dihadapkan
dalam permasalahan yang serius yaitu teori hermeunetika yang diagungkan oleh
kaum kristen dalam usaha mereka menghancurkan islam
IV.REFERENSI
1. Majmu' Fatawa
2. Al-Itqon fi Ulumil Qur'an
3. Tafsir At-Thobari
[1]
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Ilmu Tafsir yang
ditulis oleh Addinsyah Ramadzan Mahasiswa ISID Lintas Fakultas A1 Semester 2
dengan bimbingan Assayyidah Sri Dewi Atikah periode 1430-1431
[2]
Tafsir At-Thobari 1/161
[3] Diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir dalam tafsirnya 1/60 dengan sanad yang shahih.
[4] Majmu' Fatawa: 13/332.
[5] Diriwayatkan
oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya 1/60 dengan sanad hasan.
[7] Dinukil oleh Suyuthi
dalam Al-Itqon: 2/386.
[8] Majmu' Fatawa13/363 -
369, 368 - 369 dengan sedikit ringkasan.
No comments:
Post a Comment