I.
PENGANTAR
Suatu
sekolah dapat memberikan pelayanan bimbingan dalam beberapa lama tanpa membuat
suatu program bimbingan. Umpamanya bila pada sekolah itu hanya memiliki seorang
ahli bimbingan sedangkan guru bidang studi tidak ikut terlibat didalamnya,
disini tidak nampak adanya suatu tim bimbingan. Cara kerja seperti diatas bisa
dilaksanakan akan tetapi tidak memiliki dampak yang positif, karena bimbingan
yang paling berhasil apabila dilakukan oleh tim khusus. Di dalam suatu team
kerja bimbingan para anggota akan dapat saling membantu, tolong-menolong,
bertukar pikiran, pengalaman dan bekerjasama. Untuk lebih jelasnya Dra. Aryatmi
Siswoharjono, MA. Direktur pusat bimbingan/Guidance & Counceling Center
Universitas Satya Wacana, Salatiga, (1974), mengemukakan
“Pemberian bimbingan memang dapat
dilakukan secara insidentil bilamana seorang guru atau pembimbing menghadapi
anak yang bermasalah merasa bahwa anak itu perlu ditolong, pembimbing bertindak
menolong. Jika persoalan anak sudah dipecahkan, tugas bimbingan dianggap
selesai, sampai datang saat pembimbing menemui lagi suatu kasus yang menarik
perhatian untuk ditolong.
Cara bekerja macam ini, yaitu tanpa
perancanaan dan program nampaknya praktis dan simple (sederhana), tetapi mempunyai
banyak kelemahan.
Pertama
: pelayanan bimbingan itu tidak direncanakan, hingga kurang pemikiran yang
masak dan sering kurang dapat dipertanggungjawabkan.
Kedua : tidak ada kontinyuitas dalam pelayanan.
Ketiga : sukar untuk mengevaluasi kerja yang telah
dilakukan. Juga kurang atau tidak direncanakan perkembangan, peningkatan mutu;
sedang pengecekan apakah pelayanan betul-betul relevan dengan
kebutuhan-kebutuhan yang ada, akan lebih sukar dilakukan.
Keempat:
apalagi kalau obyek pelayanan dan subyek yang dilayani meliputi banyak orang,
maka adanya program kerja sangat urgen, agar tidak ada anak-anak yang
betul-betul memerlukan pelayanan terlewati oleh perhatian perseorangan yang
diberikan secara insidentil.
Kelima :
dengan disusun program kerja, dapat ditentukan tingkat prioritas dari masalah
dan kebutuhan yang perlu dilayani, prioritas penggunaan tenaga atau kekuatan
atau budget yang ada pada umumnya (keadaan di Indonesia) cukup, kalau tidak
sangat terbatas. Dengan membuat program kerja akan lebih baik, kebutuhan dapat
dilayani sebaik mungkin, tenaga dan fasilitas lain dapat dimanfaatkan seefisien
mungkin.”
Dengan demikian penyusunan program
Bimbingan di sekolah memegang peranan penting dalam rangka keberhasilan
pelaksanaan pelayanan bimbingan disekolah.
II.
PEMBAHASAN
1.
CIRI-CIRI PROGRAM BIMBINGAN
YANG BAIK
Program
bimbingan dapat dikatakan baik jika suatu bentuk program bimbingan apabila
dilaksanakan di sekolah memiliki efisiensi dan efektifitas yang optimal.
Sehubungan dengan ini, Frank W. Miller dalam bukunya : “Guidance; Principles
and Services,” (1961), mengemukakan sebagai berikut :
1)
Program bimbingan itu
hendaknya dikembangkan secara berangsur-angsur atau tahap demi tahap dengan
melibatkan semua staf sekolah dalam perencanaannya.
2)
Program bimbingan itu itu
harus memiliki tujuan yang ideal dan realistis dalam perencanaaannya.
3)
Program bimbingan itu
hendaknya mencerminkan komunikasi yang kontinyu antara semua anggota staf
sekolah yang bersangkutan.
4)
Program bimbingan itu
hendaknya menyediakan atau memiliki fasilitas yang diperlukan
5)
Program bimbingan itu
hendaknya disusun sesuai dengan program pendidikan dan pengajaran di sekolah
yang bersangkutan.
6)
Program bimbingan hendaknya
memberikan pelayanan kepada semua murid.
7)
Program bimbingan hendaknya menunjukan
peranan yang penting dalam menghubungkan dan mengintegrasikan sekolah dengan
masyarakat.
8)
Program bimbingan hendaknya
memberikan kesempatan untuk melaksanakan penilaian terhadap diri sendiri.
9)
Program bimbingan hendaknya
menjamin keseimbangan pelayanan bimbingan dalam hal
a.
Pelayanan kelompok dan
individual.
b.
Pelayanan yang diberikan oleh
berbagai jenis petugas bimbingan
c.
Studi individual dan
penyuluhan individual.
d.
Penggunaan alat pengukur atau
tehnik alat pengumpul data yang obyektif dan subyektif.
e.
Pemberian jenis-jenis
bimbingan.
f.
Pemberian penyuluhan secara
umum dan penyuluhan khusus
g.
Pemberian bimbingan tentang
berbagai program sekolah.
h.
Penggunaaan sumber-sumber
didalam sekolah dan diluar sekolah yang bersangkutan.
i.
Kebutuhan individual dan
kebutuhan masyarakat.
j.
Kesempatan untuk berfikir,
merasakan dan berbuat.
2.
PENYUSUNAN PRORAM BIMBINGAN
Untuk
menyusun suatu program bimbingan ada beberapa halyang perlu dipertimbangkan,
diantaranya :
1)
Susunlah program bimbingan
yang relevan dengan kebutuhan bimbingan di sekolah. Karena dengan program yang
relevan dengan kebutuhan ini, akan dapat berfungsi sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Untuk itu perlu diadakan inventarisasi masalah dan kebutuhan
anak di sekolah. Kemudian untuk selanjutnya ditentukan prioritas penanganan
masalah atau kebutuhan yang akan dilayani.
2)
Mempertimbangkan sifat-sifat
khas sekolah, yaitu : jenis sekolah, ukuran sekolah, sifat atau tujuan sekolah,
guru-guru (perhatian, kesibukan, dan kemampuan), murid-murid dengan berbagai
persoalan, seikap dan sikap. Lingkungan tempat sekolah juga sangat menentukan
sifat masalah dan kebutuhannya, umpamanya sekolah di kota besar, di desa, di
lingkungan orang berada atau miskin.
3)
Hendaknya diadakan
inventarisasi berbagai macam fasilitas yang ada, termasuk didalamnya petugas
bimbingan yang telah ada sebagai pelaksanaan program bimbingan, ruangan yang
telah tersedia dan dapat dipergunakan da kemungkinan untuk bisa dikembangkan,
dana yang tersedia dan berbagai peralatan yang akan dipergunakan untuk
memperlancar jalannya layanan bimbingan disekolah.
4)
Hendaknya ditentukan program
kerja yang terperinci dan sistimatis dalam program bimbingan disekolah berdasarkan masalah-masalah yang secara
mendesak harus ditangani. Program kerja harus memberi jawab atas permasalahan
atau berbagai kebutuhan yang ada.
5)
Hendaknya ditentukan
personalia, pembagian tugas dan tanggung jawab yang merata dengan
mempertimbangkan berbagai faktor yaitu : kemampuan, minat, kesempatan dan bakat
yang dimiliki oleh oleh staf sekolah
yang ada.
6)
Menentukan organisasi
termasuk didalamnya ialah: cara kerja, dan kerjasama dalam mewujudkan program
bimbingan, cara berfungsinya team atau personalia, hirarkinya (hubungan dengan
petugas-petugas lainnya). Dalam hal ini harus di ingat bahwa bentuk organisasi
atau pola organisasi yang di pilih harus disesuaikan dengan kondisi yang ada di
sekolah bersangkutan (tenaga yang
tersedia, potensi-potensi/kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh petugas.
Semuanya ini berpulang kepada efesiensi kerja untuk mencapai suatu tujuan.
7)
Hendaknya diadakan evaluasi
program bimbingan yang digunakan untuk mengecek seberapa jauh rencana dan
pengaturan kerja itu telah dapat dilaksanakaan, dan seberapa jauh pula dari
program kerja telah dapat di realisir. Ditinjau pula relevansi hasil kerja,
efisiensi dan kelancaran kerja, dari berbagai masalah yang hendak dilayani,
melihat pula berbagai kelemahan yang ada supaya dapat mengadakan berbagai macam
perubaha, melengkapi program bimbingan berikutnya. Maka dari itu usaha untuk
membuat suatu program bimbingan mutlak diperlukan kegiatan evaluasi.
Dalam
penyusunan program bimbingan berikutnya. Maka dari itu usaha untuk membuat
suatu program bimbingan mutlak diperlukan kegiatan evaluasi.
1)
Tahap persiapan
Dalam persiapan kegiatan yang dilakukan adalah melalui survei untuk
menginventarisasi tujuan, kebutuhan dan kemampuan sekolah serta kesiapan
sekolah besangkutan untuk melaksanakan program bimbingan. Tahap ini mempunyai
arti yang penting untuk menarik perhatian dalam kegiatan bimbingan, menentukan
titik tolak program, dan memelihara suasana psikologis yang menguntungkan.
Karena semua pihak yang bersangkutan terlibat didalamnya dan ikut berpartisipasi
sejak awal.
2)
Pertemuan-pertemuan pemulaan
Tujuan utama dari pertemuan-pertemuan permulaan
adalah untuk menanamkan pengertian bagi para peserta tentang tujuan dari
program bimbingan di sekolah. Pertemuan-pertemuan ini melibatkan
petugas-petugas yang berminat dan tertarik serta memiliki kemampuan dalam
bidang bimbingan dan penyuluhan.
3)
Pembentukan panitia sementara
Pembentukan panitia sementara adalah bertujuan
untuk merumuskan program bimbingan. Tugas-tugas dari panitia sementara ialah
a.
Menentukan tujuan program
bimbingan di sekolah.
b.
Mempersiapkan bagan
organisasi dari program bimbingan.
c.
Membuat kerangka dasar dari program
bimbingan.
4)
Pembentukan Panitia Penyelenggara
Program
Panitia
penyelenggara Program mempunyai tugas utama.
a.
Mempersiapkan program testing.
b.
Mempersiapkan dan
melaksanakan sistem pencatatan.
c.
Mempersiapkan dan
melaksanakan latihan bagi para pelaksana program bimbingan.
III.
PENUTUP
Dengan
adanya program bimbingan dan penyuluhan di sekolah-sekolah, diharapkan membawa
beberapa keuntungan yang akan membantu proses belajar dan mengajar di sekolah,
sehingga semua target yang diharapkan dapat tercapai dengan maksimal.
Namun
demikian, masih harus disadari sepenuhnya bahwa tujuan yang selama ini
diimpikan dan diinginkan masih jauh dari target. Setidaknya perkembangan dalam
pengadaan proses bimbingan ini dapat terus menuju arah perubahan yang lebih
baik.
IV.
REFERENSI
Ketut Sukardi., Drs Dewa., Dasar-Dasar
Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Usaha Nasional, Surabaya, 1983.
Koestoer Partowisastro. , Drs H. Bimbingan dan
Penyuluhan di Sekolah-Sekolah, Jilid I dan II Penerbit Erlangga, Jakarta, 1982.
Prayitno. , Drs., Pelayanan Bimbingan
di Sekolah, Penerbit Ghalia Indonesia, Cetakan Ke-3, Jakarta, 1997.
No comments:
Post a Comment