Thursday 7 February 2013

SEJARAH BIMBINGAN

LATAR BELAKANG
Pendahuluan
            Seringkali timbul pertanyaan kepada kita, mengapakah bimbingan itu dirasakan perlu, bahkan mutlak harus dilaksanakan di sekolah. Apakah yang menjadi dasar pelaksanaan bimbingan, terutama yang diselenggarakan di sekolah?
Untuk menjawabnya perlu kita meninjau dari berbagai aspek, seperti: aspek sosial kulturil, pendidikan, psikologis, guru, kurikulum dan sebagainya. Ditinjau dari sosial-kulturil bimbingan merupakan suatu bagian dari perkembangan kebudayaan. Demikian pula dari segi pendidikan, guru, murid, kurikulum, psikologis dan sebagainya, bimbingan merupakan bagian yang integral dari aspek-aspek tersebut.

Wawancara konseling merupakan salah satu layanan bimbingan (guidance) kepada murid di sekolah. Menurut pedoman pelaksanaan Kurikulum 1975 untuk SMP dan SMA sekolah harus menyelenggarakan suatu program bimbingan (guidance programe) yang di dalamnnya konselor mengambil peran penting. Namun bidang bimbingan di sekolah menengah masih merupakan bidang yang berkembang; maka banyaklah pertanyaan dan persoalan yang dapat ditimbulkan mengenai sifat dan tujuan dari bimbingan.
Pada masyarakat yang semakin maju, permasalahan penemuan identitas pada individu menjadi semakin rumit. Hal ini disebabkan oleh karena tuntutan masyarakat maju kepada anggota-anggotanya menajdi lebih berat. Persyaratan untuk dapat diterima menjadi anggota masyarakat bukan saja kematangan fisik, melainkan juga kematangan mental, psikologis, cultural, vokasional, intelektual dan religious. Kerumitan ini akan terus meningkat pada masyarakat yang sedang membangun, sebab perubahan cepat yang terjadi pada masyarakat yang sedang membangun, akan merupakan tantanga pula bagi individu atau siswa. Keadaan semacam inilah yang menuntut diselenggarakannya bimbingan di sekolah.
POKOK PEMBAHASAN
Sejarah Bimbingan
Pada awal sejarah Bimbingan dimulai permulaan abad ke 20 di Amerika dengan didirikannya suatu “Vocational Bureau” tahun 1908 oleh Frank Parsons, yang untuk selanjutnya dikenal dengan nama “The Father of Guidance” yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan pertolongan agar mereka dapat mengenal atau memahami berbagai kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakannya secara intelegen dalam memilih pekerjaan yang tepat bagi dirinya.[1]
Menurut Arthur E. Traxler dan Robert D, North, dalam bukunya yang berjudul: “Techniques of Guidance”(1966), disebutkan beberapa kejadian penting yang mewarnai sejarah bimbingan[2] diantaranya:
1.    Pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20 timbullah suatu gerakan kemanusiaan, yang menitikberatkan pada kesejahteraan ummat manusia dan kondisi sosialnya. Gerakan ini membantu Vocational Bureau Parsons dalam bidang keuangan agar dapat menolong anak-anak muda yang tidak dapat bekerja dengan baik.
2.    Agama. Para rohaniawan berpandangan bahwa dunia adalah dimana ada pertentangan yang secara terus menerus antara baik dan buruk. Oleh karena itu bantuan sekolah untuk menyiapkan anak muda agar siap atau mampu hidup yang lebih baik, kepribadian dan moral yang baik sangat diperlukan bantuan dari sekolah. Dengan adanya gerakan atau aliran ini mendorong tumbuhnya gerakan bimbingan di Sekolah.
3.    Aliran Kesehatan Mental (Mental Hygiene), timbul dengan tujuan perlakuan yang manusiawi terhadap penderita penyakit jiwa, pengobatan dan cara pencegahannya. Karena adanya suatu kesadaran bahwa penyakit ini bisa diobati apabila diketemukan pada tingkat yang lebih awal. Gerakan ini mendorong para pendidik untuk lebih peka terhadap masalah-masalah gangguan kejiwaan, rasa tidak aman, dan kehilangan identitas di antara anak-anak muda.
4.    Perubahan dalam masyarakat. Akibat dari perang dunia I dan II, pengangguran, depresi, perkembangan teknologi, wajib belajar dan lain-lainnya, mendorong beribu-ribu anak untuk masuk sekolah, tanpa mengetahui untuk apa mereka bersekolah. Perubahan semacam ini mendorong para pendidik untuk memperhatikan setiap anak sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya agar mereka dapat menyelesaikan pendidikannya dengan berhasil.
5.    Gerakan mengenal siswa sebagai individu. Gerakan ini erat sekali kaitannya dengan gerakan test dan pengukuran. Bimbingan diadakan di sekolah disebabkan karena tugas sekolah untuk mengenal atau memahami siswa-siswanya secara individual. Karena sulitnya untuk mengenal dan memahami secara individual (pribadi) maka diciptakanlah berbagai teknik dan instrumen diantaranya dengan test dan pengukuran.
Perkembangan bimbingan sekolah kita dewasa ini menunjukkan beberapa kemajuan, hal ini disebabkan karena adanya perkembangan pendidikan di Indonesia yang semakin maju, sehingga sangat dirasakan penampilan bimbingan dan penyuluhan di seluruh lembaga pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Tidak dapat dipungkiri karena masih sangat mudanya profesi ini, maka kebanyakan bimbingan sekolah dilakukan secara “Trial and Error” yang kadang-kadang merugikan profesi dan juga yang melakukan bukan orang yang berwenang. (Drs, H. Koester Partowosasto, 1982).
Berdasarkan asumsi di atas bahwa kebanyakan bimbingan sekolah dilakukan secara “Trial dan Error,” dan dilakukan oleh orang yang tidak berwewenang, adalah merupakan faktor penghambat dalam perkembangan bimbingan di Indonesia.[3]
Pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah masih diselenggarakan secara trial and error dan juga dilaksanakan oleh orang-orang tidak berwewenang disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1.      Kekurangan tenaga bimbingan di sekolah
Tenaga bimbingan baik menyangkut jumlah maupun mutunya masih sangat kurang. Beberapa sekolah sudah merasakan perlunya petugas bimbingan di sekolah sebagai pembantu kepala sekolah atau wali kelas dalam menghadapi berbagai permasalahan siswa.
2.      Kemampuan teknis bimbingan di sekolah
Tenaga yang ada, secara langsung menangani bimbingan di sekolah kebanyakan dihasilkan dari PGLSP yang melaksanakan pendidikan hanya dalam satu tahun, dan juga sebagian kepala sekolah yang masih merangkap sebagai petugas bimbingan karena kekurangan tenaga.
3.      Sarana dan prasarana
Layanan bimbingan di sekolah mutlak memerlukan sarana dan prasarana. Namun karena keterbatasan anggaran yang ada, hal semacam ini belum bisa dicukupi. Sedangkan ruang khusus bimbingan dan penyuluhan masih bersifat sementara, darurat atau nebeng.
4.      Organisasi dan administrasi bimbingan
Dalam penanganan layanan bimbingan di sekolah, hubungan perlu dilakukan dan ditopang oleh kegiatan administrasi. Program bimbingan perlu diorganisir sedemikian rupa supaya memungkinkan terjadinya suatu kerjasama yang harmonis antara kepala sekolah, guru bidang studi, staf tata usaha, serta anak didik di sekolah tersebut baik satu pihak dan dengan pihak luar sekolah baik orang tua atau wali maupun dengan masyarakat di pihak lain
5.      Supervisi bimbingan di sekolah
Kegiatan supervisi baik oleh kepala sekolah maupun dari Kantor wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan masih belum berjalan sebagaimana mestinya. Hambatan ini mungkin terletak pada keterbatasan tenaga profesional yang tersedia maupun sarananya dalam artian luas.

Pengertian Bimbingan
            Dipandang dari segi terminologi maka di sini kita menghadapi dua macam istilah yaitu istilah bimbingan dan istilah penyuluhan. Istilah bimbingan terjemahan dari “guidance” dan istilah penyuluhan atau konseling terjemahan dari “counseling”.
Istilah “Bimbingan” digunakan sebagai terjemahan dari istilah bahasa Inggris “Guidance”. Dalam penggunaan istilah bimbingan ini timbul beberapa kesulitan karena kata “bimbingan” sudah berurat berakar ke dalam “bidang pendidikan”. Tetapi kalau disimak lebih mendalam “Bimbingan” sebagai terjemahan dari “Guidance” mempunyai beberapa sisi yang satu dengan yang lainnya saling berbeda. Maka dari itu untuk menghindari  terjadinya salah tafsir dan kekaburan arti, perlulah kiranya pengertian itu kita perjelas.
            “Guidance” mempunyai hubungan dengan “guiding” : showing a way (menunjukkan jalan), leading (memimpin), conducting (menuntun), giving instructions (memberikan petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan), giving advice (memberikan nasehat).” (W.S.Winkel.S.J.M.Sc.,1981).[4]
            Bimbingan ditinjau dalam arti-arti seperti tersebut di atas, menunjukkan pada dua hal, satu dengan yang lainnya dapat berdiri sendiri, yaitu :
(a).  Memberikan informasi misalnya kepada turis dalam bentuk suatu “guide book”. Memberikan bimbingan itu berarti menyajikan pengetahuan, informasi, bahkan lebih jauh dari itu dalam bentuk nasehat kepada seseorang (individual) atau sekelompok orang (group); atas dasar pengetahuan, informasi atau nasehat itu seseorang akan dapat membuat suatu pilihan atau mengambil suatu keputusan.
(b).       Menuntun atau mengarahkan (conducting) ke arah suatu tujuan, misalnya turis di bawa ke obyek pariwisata.
            Tujuan yang akan dituju mungkin hanya diketahui oleh orang yang menuntun, mungkin pula telah disepakati oleh yang dituntun. Dalam hubungan antara orang dewasa dengan anak-anak bimbingan itu lalu berarti : usaha yang sadar dan yang di sengaja untuk menuntun seseorang anak ke arah kedewasaan.[5] Dengan demikian dapat diartikan bahwa bimbingan itu bersentuhan dengan pendidikan.     
            Bimbingan merupakan suatu tuntunan atau pertolongan. Bimbingan merupakan suatu tuntunan, ini mengandung suatu pengertian bahwa didalam memberikan bantuan itu bila keadaan menuntut adalah menjadi kewajiban bagi para pembimbing memberikan bimbingan secara aktif kepada yang dibimbingnya. Di samping itu pengertian bimbingan juga mengandung pengertian memberikan bantuan atau pertolongan di dalam pengertian bahwa dalam menentukan arah dapatlah diserahkan kepada yang dibimbingnya. Keadaan ini seperti yang terkenal dalam pendidikan “tut wuri handayani”, jadi di dalam memberikan bimbingan arah diserahkan kepada yang dibimbingnya, hanya di dalam keadaan yang memaksa maka pembimbing mengambil peranan secara aktif didalam memberikan bimbingannya.
 Pembimbing tidak pada tempatnya membiarkan individu yang dibimbingnya terlantar keadaannya bila ia telah nyata-nyata tidak dapat menghadapi atau mengatasi persoalannya. Bimbingan itu dapat diberikan kepada seseorang individu atau sekumpulan individu-individu, ini berarti bahwa bimbingan itu dapat diberikan secara individual ataupun secara berkelompok. Bimbingan itu dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan, tanpa memandang keadaan umur, hingga baik anak maupun orang dewasa dapat menjadi objek dari bimbingan.
Dengan demikian maka bidang gerak dari bimbingan tidak hanya terbatas kepada anak-anak ataupun para remaja tetapi juga mengenai orang dewasa.
            Untuk dapat memperoleh pengertian bimbingan yang lebih jelas di bawah ini akan dikutip beberapa definisi yaitu :
1.      Definisi yang dikemukakan dalam “ Jear Book of Education” 1995, bimbingan adalah “suatu proses membantu individu melalui usahanya sediri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial”.
2.      Menurut Stoops ialah “suatu proses yang terus-menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun masyarakat”.
3.      Menurut Crow & Crow, Guidance dapat diartikan sebagai “bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita, yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri.”
4.      Menurut Miller bimbingan adalah “proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga serta masyarakat”.

Selain itu pula ada yang beranggapan, bahwa bimbingan hanya diberikan kepada pemuda dan anak-anak, sedangkan orang dewasa tidak memerlukannya. Juga pandangan ini keliru, karena pada hakekatnya orang dewasapun banyak menghadapi masalah-masalah dan banyak orang dewasa yang memerlukan bantuan dalam memecahkan masalahnya. Tentu saja masalah yang dihadapi oleh orang dewasa berlainan dengan masalah yang dihadapi oleh anak-anak atau pemuda, baik dalam jenis maupun sifatnya.
Jika anak-anak dan pemuda lebih banyak memerlukan bantuan bimbingan adalah karena dalam situasi tertentu para pemuda lebih banyak menghadapi masalah, dan juga para pemuda lebih banyak memerlukan bantuan dalam pemecahan masalahnya. Hal itu sesuai dengan tingkat atau fase perkembangan pada masa anak-anak ataupun pemuda yang secara psikologis banyak menghadapi perubahan-perubahan yang pesat, baik fisik maupun psikis.
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan mengenai pengertian bimbingan, yaitu : “suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan mengarahkan dirinya (self direction), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization), sesuai dengan potensi lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dan bantuan itu diberikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang tersebut”.

Kesimpulan
            Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada prinsipnya bimbingan itu adalah merupakan pemberian pertolongan, dan pertolongan inilah merupakan hal yang prinsipil. Tetapi sekalipun bimbingan itu merupakan pertolongan, namun tidak semua pertolongan merupakan bimbingan. Orang dapat memberikan pertolongan kepada anak yang jatuh untuk didirikan, tetapi ini bukanlah merupakan bimbingan. Bimbingan masih memerlukan sifat-sifat yang lain.
            Berdasarkan faktor-faktor yang telah dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan disekolah masih jauh daripada yang diharapkan oleh karena: belum adanya program oprasional pelaksanaan layanan bimbingan yang mantap, belum adanya peningkatan produktivitas pendidikan petugas bimbingan, belum ditetapkannya secara resmi  profesi bimbingan dalam jabatan kepegawaian.
            Dengan kedudukan yang masih tidak menentu ini, maka pekerjaan petugas bimbingan pun tidak menentu pula. Kalau petugas bimbingan hanya sekedar berfungsi membantu kepala sekolah dalam menjaga disiplin sekolah (sebagai polisi, atau Jaksa Sekolah), menasehati anak nakal, mengolah skore statistic hasill evaluasi murid dalam bidang studi dari guru-guru bidang studi, maka ide profesi pembimbing sekolah itu tidak ada gunanya.
















Referensi
Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.(Yogyakarta:Andi Offset, 1995.)
Natawijaya, Rochman. Penyuluhan di Sekolah. (Medan: Firma Hasmar, 1978)
Sukardi, Ketut. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. (Surabaya: Usaha Nasional: 1983)
Ridwan. Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1958)



[1]  Drs D Ketut Sukardi. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. (Surabaya: Usaha Nasional: 1983) hal.12

[2]   Ibid hal. 13
[3] Ibid hal. 14
[4] Ibid hal. 19
[5] Ibid hal. 19

No comments:

Post a Comment

PERANAN KELUARGA DALAM ISLAM

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun no-Islam. Karena keluarga merupakan tempa...