Sosiologi secara sederhana berasal dari kata
socius dan logos. Socius berasal dari bahasa Romawi yang artinya teman,
sedangkan logos dari bahasa yunani yang artinya ilmu pengetahuan, jadi
sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok.
Istilah sosiologi untuk pertama kalinya
diciptakan oleh ilmuwan prancis yang bernama Auguste Comte dalam tulisannya
yang berjudul “cours de philosophie positive”. Oleh Comte istilah tersebut
disarankan sebagai nama dari suatu disiplin yang mempelajari masyarakat secara
ilmiah. Dalam hubungan ini dia juga begitu yakin bahwa dunia sosial juga
berjalan mengikuti hukum-hukum tertentu sebagaimananya dunia fisik atau dunia
alam/nyata. Dia juga yakin, bahwa dunia sosial juga bisa dipelajari dengan
menggunakan metode ilmiah sebagaimana ilmuwan kealaman menggunakannya untuk
mempelajari dunia fisik.
Kemudian menjadi lebih populer setelah Herbert
Spencer mempopulerkan bukunya yang berjudul “Principle of Sosiology”. Dia
memperkenalkan sosiologi ke kalangan pelajar di bangsa-bangsa yang menggunakan
bahasa inggris, termasuk Amerika Serikat, meskipun diketahui bahwa walaupun
perintis sosiologi di abad 19 berasal dari eropa tapi ilmu ini benar-benar
berkembang dan tampil dengan eksistensinya pada abad 20 yaitu setelah
estafetnya beralih ke Amerika Serikat, yang kemudian menyebar ke eropa, kanada,
jepang bahkan juga sudah mendapatkan tempat khusus di Indonesia.
Perkembangan berikutnya berkat prestasi para
penerus keyakinan Comte, biarpun berjalan perlahan akhirnya sosiologi
benar-benar tampil senagai suat disiplin ilmu pengetahuan dan bercerai
sungguhan dengan tradisi pendekatan filsafat yang notabene sudah berurat,
berakar semenjak Plato dan Aristoteles di jaman yunani kuno.
Walaupun sosiologi kali ini sudah berdiri
sendiri sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri, eksistensinya masih tetap menggoda
untuk dipertanyakan; beberapa pertanyaan yang seringkali menggoda tersebut
misalnya:
1.
Apakah syarat dan sifat keilmuan benar-benar
dipunyai sosiologi?
2.
Apakah sosiologi itu ilmu murni atau ilmu
praktis?
3.
Apakah benar masih ada ruang garapan untuk
sosiologi mengingat “dunia sosial” telah banyak diteliti oleh disiplin ilmu
yang lain?
4.
Dengan melihat banyak cabangnya apakah
sosiologi sebagai suatu disiplin ilmu identitasnya masih bisa tampak?
Jawabannya:
1.
Tidak terbantahkan lagi bahwa sosiologi sudah
jelas bisa diobservasi, dalam hal menampakkan adanya regularitas atau
keteraturan karena sosiologi menggunakan “gramatika” yang ternyata benar dan
bisa menjadi dalil atau hukum dan teori sosiologi.
2.
Sosiologi tergolong kedua-duanya, ia
merupakan ilmu murni, tetapi juga tergolong ilmu praktis; hanya saja
kepraktisan sosiologi tetap dalam batas pencarian pengetahuan yang lazimnya
tidak melampaui teori-praktis.
3.
Ya sosiologi masih memiliki wilayah garapannya
sendiri dalam menelaah dunia sosial, dan hal itu bisa dibedakan dengan ilmu
sosial yang lainnya yang mana menurut durkheim masyarakat merupakan suatu
realitas objektif, suatu fenomena tersendiri yang itu benar-benar nyata dan
kongkrit, dimana masing masing orang mengalaminya sebagai suatu realitas
independen.
Sosiologi tetap sosiologi, sosiologi apapun dia,
masing-masing tetap mengorbit, tetapi tetap beredar pada sumbunya, dengan tidak
bercerai dari kekhasan identitasnya yaitu pemburuan “gramatika sosialiah” yang
merupakan manifestasi dari tabiat masyarakat sebagai sesuatu realitas obyektif.
No comments:
Post a Comment