Thursday 7 February 2013

SIFAT SOSIOLOGI

Sosiologi secara sederhana berasal dari kata socius dan logos. Socius berasal dari bahasa Romawi yang artinya teman, sedangkan logos dari bahasa yunani yang artinya ilmu pengetahuan, jadi sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok.
Istilah sosiologi untuk pertama kalinya diciptakan oleh ilmuwan prancis yang bernama Auguste Comte dalam tulisannya yang berjudul “cours de philosophie positive”. Oleh Comte istilah tersebut disarankan sebagai nama dari suatu disiplin yang mempelajari masyarakat secara ilmiah. Dalam hubungan ini dia juga begitu yakin bahwa dunia sosial juga berjalan mengikuti hukum-hukum tertentu sebagaimananya dunia fisik atau dunia alam/nyata. Dia juga yakin, bahwa dunia sosial juga bisa dipelajari dengan menggunakan metode ilmiah sebagaimana ilmuwan kealaman menggunakannya untuk mempelajari dunia fisik.

 Kemudian menjadi lebih populer setelah Herbert Spencer mempopulerkan bukunya yang berjudul “Principle of Sosiology”. Dia memperkenalkan sosiologi ke kalangan pelajar di bangsa-bangsa yang menggunakan bahasa inggris, termasuk Amerika Serikat, meskipun diketahui bahwa walaupun perintis sosiologi di abad 19 berasal dari eropa tapi ilmu ini benar-benar berkembang dan tampil dengan eksistensinya pada abad 20 yaitu setelah estafetnya beralih ke Amerika Serikat, yang kemudian menyebar ke eropa, kanada, jepang bahkan juga sudah mendapatkan tempat khusus di Indonesia.
Perkembangan berikutnya berkat prestasi para penerus keyakinan Comte, biarpun berjalan perlahan akhirnya sosiologi benar-benar tampil senagai suat disiplin ilmu pengetahuan dan bercerai sungguhan dengan tradisi pendekatan filsafat yang notabene sudah berurat, berakar semenjak Plato dan Aristoteles di jaman yunani kuno.
Walaupun sosiologi kali ini sudah berdiri sendiri sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri, eksistensinya masih tetap menggoda untuk dipertanyakan; beberapa pertanyaan yang seringkali menggoda tersebut misalnya:
1.       Apakah syarat dan sifat keilmuan benar-benar dipunyai sosiologi?
2.       Apakah sosiologi itu ilmu murni atau ilmu praktis?
3.       Apakah benar masih ada ruang garapan untuk sosiologi mengingat “dunia sosial” telah banyak diteliti oleh disiplin ilmu yang lain?
4.       Dengan melihat banyak cabangnya apakah sosiologi sebagai suatu disiplin ilmu identitasnya masih bisa tampak?




Jawabannya:
1.       Tidak terbantahkan lagi bahwa sosiologi sudah jelas bisa diobservasi, dalam hal menampakkan adanya regularitas atau keteraturan karena sosiologi menggunakan “gramatika” yang ternyata benar dan bisa menjadi dalil atau hukum dan teori sosiologi.
2.       Sosiologi tergolong kedua-duanya, ia merupakan ilmu murni, tetapi juga tergolong ilmu praktis; hanya saja kepraktisan sosiologi tetap dalam batas pencarian pengetahuan yang lazimnya tidak melampaui teori-praktis.
3.       Ya sosiologi masih memiliki wilayah garapannya sendiri dalam menelaah dunia sosial, dan hal itu bisa dibedakan dengan ilmu sosial yang lainnya yang mana menurut durkheim masyarakat merupakan suatu realitas objektif, suatu fenomena tersendiri yang itu benar-benar nyata dan kongkrit, dimana masing masing orang mengalaminya sebagai suatu realitas independen.
Sosiologi tetap sosiologi, sosiologi apapun dia, masing-masing tetap mengorbit, tetapi tetap beredar pada sumbunya, dengan tidak bercerai dari kekhasan identitasnya yaitu pemburuan “gramatika sosialiah” yang merupakan manifestasi dari tabiat masyarakat sebagai sesuatu realitas obyektif.

No comments:

Post a Comment

PERANAN KELUARGA DALAM ISLAM

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun no-Islam. Karena keluarga merupakan tempa...