Thursday 7 February 2013

PERENCANAAN DALAM PENDIDIKAN



A.    Pendahuluan
Menjelang selesainya rencana pembangunan nasional jangka panjang yang pertama, telah banyak hasil yang sudah kita capai dalam berbagai aspek pembangunan. Dalam era ini sekaligus pula telah kita letakkan dasar pembangunan nasional itu untuk tahap pembangunan selanjutnya. Dasar-dasar pembangunan itu tentunya tidak dengan sendirinya akan memberikan hasil yang diidamkan. Dasar yang kokoh adalah teramat penting bagi setiap usaha pembangunan. Apabila dasarnya rapuh, karena tidak bertumpu pada kekuatan sosial budaya dan politik yang kuat, maka usaha pembangunan selanjutnya bukan saja terhambat bahkan dapat runtuh ditengah jalan. Kesinambungan suatu pembangunan sangat mutlak, karena hakikat pembangunan adalah akumulasi usaha dan peningkatan hasil bagi kehidupan yang semakin tinggi kualitasnya.[1]

Di bidang pendidikan kita telah mematrikan berbagai sukses yang besar dalam sejarah pendidikan di dunia. Apabila banyak negara maju dewasa ini memerlukan lebih dari 50 tahun untuk mencapai pendidikan universal 6 tahun bagi rakyatnya, Indonesia dapat mencapainya dalam kurun waktu 15 tahun sejak dimulainya rencana pembangunannya pada tahun 1969. Dua puluh tahun kemudian kita mematokkan lagi suatu etape pembangunan selanjutnya dengan lahirnya UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Demikianlah beberapa dasar penting yang telah kita letakkan dalam perjalanan pembangunan pendidikan nasional. Kalau etape yang pertama berkenaan dengan berbagai target kuantitatif dalam pembangunan pendidikan nasional.
Namun, kedua tonggak dasar sektor pembangunan pendidikan nasional itu baru merupakan dasar bagi pembangunan pada tingkat selanjutnya yang lebih tinggi, yaitu kualitas pendidikan dan penanganan atau manajemen sektor pendidikan itu sebagai bagian dari manajemen pembangunan nasional. Manajemen pendidikan nasional sangat penting karena bukan saja pendidikan itu merupakan kebutuhan dasar manusia Indonesia, bahkan merupakan salah satu dinamisator pembangunan itu sendiri. Dengan demikian, manajemen pendidikan haruslah merupakan subsistem dari sistem manajemen pembangunan nasional.[2]
B.     Perencanaan dalam Pendidikan
Perencanaan pendidikan merupakan cabang ilmu pendidikan yang relatif  masih muda usia. Sebagai ilmu, ia baru dikenal sekitar tahun 1950 ketika sejumlah ahli pendidikan dan ahli ekonomi merasa peduli untuk menyusun rumusan perencanaan pendidikan yang dikaitkan dengan perencanaan pembangunan masyarakat.
Setelah perang dunia ke II, sejumlah krisis melanda berbagai belahan bumi. Selain akibat perang dan penjajahan, juga dipengaruhi oleh keterkejutan (shock) sejumlah Negara utamanya negara berkembang melihat berbagai perkembangan terbaru di bidang ekonomi, iptek, demografi, dan sosial. Dari kenyataan itu, akhirnya sejumlah ahli yang dimotori oleh UNESCO mencoba mengambil langkah-langkah ke arah perumusan pola perencanaan pendidikan yang dikaitkan untuk menjawab perkembangan-perkembangan tersebut. Oleh sebab itu, inti kajian dalam perencanaan pendidikan, dan merupakan cirri utama perencanaan pendidikan modern, adalah bagaimana meletakkan pendidikan sebagai bagian dari usaha menjawab tantangan dan kebutuhan pembangunan masyarakat.
C.    Pengertian perencanaan pendidikan
Sebelum memasuki pembahasan mengenai pengertian perencanaan pendidikan, ada baiknya kita menengok terlebih dahulu pengertian masing-masing kata yang yang terdapat di dalam istilah perencanaan pendidikan.
Pertama-tama kita perlu mengetahui arti PERENCANAAN. Ada beberapa definisi yang muncul mengenai arti perencanaan. Antara lain adalah :
1.                  Menurut Cunningham, kata perencanaan diartikan sebagai proses menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi-imajinasi, dan asumsi-asumsi untuk untuk masa yang akan datang, untuk tujuan menvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima, yang akan digunakan dalam penyelesaian.
2.                  C. Arnold Anderson dan Mary Yean Bowman mendefinisikan kata perencanaan dengan ungkapan yang cukup sederhana namun jelas. Mereka mengatakan, Planning is a process of preparing a set of decisions for action in the future. ( Perencanaan adalah proses menyiapkan seperangkat keputusan untuk tindakan dikemudian hari).
Sementara itu kata PENDIDIKAN memiliki definisi yang tidak terhitung jumlahnya, yang masing-masing definisi sangat dipengaruhi oleh persepsi dan sudut pandang tokoh yang mendefinisikannya, misalnya :
1.      John Dewey : Pendidikan adalah proses pembentukkan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
2.      Langeveld : Pendidikan adalah usaha yang sadar untuk mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa.
3.      Hoogveld : Pendidikan adalah proses membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.
4.      Rousseau : Pendidikan adalah usaha member pembekalan yang tidak ada pada masa anak, akan tetapi dibutuhkan pada waktu dewasa.
5.      Ki Hajar Dewantara : Pendidikan adalah usaha menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar ia sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Lalu, apa yang dimaksud dengan PERENCANAAN PENDIDIKAN? Sejumlah ahli perencanaan pendidikan dunia telah banyak mendefinisikan. Namun definisi  yang dianggap paling jelas dan sempurna adalah definisi yang dikemukakan oleh Philip H. Coombs. Ia mengatakan, bahwa perencanaan pendidikan adalah : penggunaan analisa yang bersifat rasional dan sistematik terhadap proses pengembangan pendidikan, yang bertujuan untuk menjadikan pendidikan lebih efektif dan efisien dalam menanggapi kebutuhan dan tujuan murid serta masyarakat.
Sebagai perbandingan, ada baiknya jika dikemukakan pula definisi perencanaan pendidikan yang lain. C.E. Beeby, seorang tokoh perencanaan pendidikan yang lain, mendefinisikan perencanaan pendidikan sebagai kegiatan melihat kedepan, dalam menentukan kebijaksanaan, prioritas, biaya dan sistem pendidikan, yang diarahkan kepada kenyataan ekonomis dan politis, untuk pengembangan sistem pendidikan itu sendiri dan untuk memenuhi kebutuhan negara dan murid.
D.    Sejarah Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan merupakan cabang ilmu pendidikan prkatis yang relatif masih muda. Ia, dalam pengertian Modern, baru dikenal pada sekitar tahun 1950 setelah dunia pendidikan dihadapkan  kepada tantangan baru akibat kondisi setelah perang dunia II (1942-1945) yang diwarnai dengan perubahan dan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, demografi, politik, sosial, dan kebudayaan. Perubahan dan perkembagan tersebut telah memberikan tugas baru kepada dunia pendidikan, sehingga usaha pendidikan tidak bisa tidak harus melalui sebuah perencanaan yang matang untuk memenuhi tuntutan pembangungan dan perkembangan-perkembangan terbaru kehidupan manusia.
Perencananan pendidikan dalam arti tradisional telah dikenal sejak zaman yunani kuno, yaitu ketika kaum cendekiawan Sparta sekitar 2500 tahun yang lalu merencanakan pendidikan di negaranya untuk tujuan militer, sosial dan ekonomi. Seperti yang diceritakan Xenephon dalam LACE_DAEMONIAN CONSTITUTION. Sementara itu Plato, didalam bukunya REPUBLIK, juga mengusulkan suatu perencanaan pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan pimpinan dan tujuan politik Athena. Cina, selama pemerintahan dinasti Han, dan bangsa Inca di Peru, juga merencanakan pendidikannya untuk tujuan khas masyarakatnya.
Contoh dari zaman kuno tersebut menunjukkan betapa sudah dianggap pentingnya fungsi perencanaan pendidikan dalam rangka mengupayakan tercapainya tujuan masyarakat, apapun jenis tujuan itu, dan pembuat rencana semacam itu pada umumnya adalah para pemikir yang memiliki pandangan jauh kedepan untuk melihat pendidikan sebagai alat yang amat strategis untuk menciptakan perubahan, atau memperoleh kemajuan dalam kehidupan di masa depan.
Contoh yang lain adalah : John Knox pada peretengahan abad ke-16 telah mengusulkan suatu sistem persekolahan dan kursus-kursus nasional di Scotlandia, sehingga bangsa Scotlandia memiliki suatu bentuk rencana pendidikan yang berciri perpaduan antara unsur spiritual dan kesejahtraan material. Pada akhir abad ke-18 dan permulaan abad ke 19, negara-negara Eropa juga mulai mengadakan rencana pedidikan dan pembaruan pengajaran yang dimaksudkan untuk pembaharuan dan peningkatan kehidupan sosial.
Perencanaan dalam pendidikan dalam arti modern telah dipelopori oleh Uni Soviet  ketika pada tahun 1923 negara ini meletakkan perencanaan pendidikannya dalam rencana pembangunan lima tahunnya untuk dapat mewujudkan suatu masyarakat baru. Langkah yang diambil Uni Soviet ini kemudian disebut para ahli sebagai permulaan dari proses proses perencanaan pendidikan yang bersifat komprehensif.
E.     Prinsip-Prinsip Perencanaan Pendidikan
            Berbicara mengenai prinsip-prinsip perencanaan pendidikan berarti berbicara tentang dasar pijakan yang harus menjadi acuan bagi direncanakannya suatu usaha pendidikan. Sesuai dengan uraian terdahulu, perencanaan pendidikan dalam pengertian modern selalu dikaitkan dengan upaya menjawab tuntunan dan kebutuhan masyarakat yang muncul sebagai akibat dari adanya perubahan dan perkembangan dalam segala sektor kehidupan. Maka perinsip perencanaan pendidikan juga mesti diarahkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan perkembangan tersebut.
            Dalam sebuah diskusi antara para pemimpin bidang pendidikan dan ahli ekonomi dunia di awal tahun 1960, telah dihasilkan lima usul yang disepakati sebgai dasar, prinsip, atau acuan bagi kerja perencanaan pendidikan di setiap negara. Kelima hal tersebut adalah:
1.      Perencanaan pendidikan harus mengunakan pandangan jangka panjang. Dalam hal ini perencanaan pendidikan dibedakan menjadi perencanaan jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek. Namun menjadi kurang baik apabila pendidikan direncanakan terlalu jauh kedepan. Karena apabila pendidikan direncanakan terlalu jauh ke depan, sementara manusia belum tahu persis perubahan-perubahan apa yang bakal terjadi pada masa depan yang jauh itu, akan menjadikan usah pendidikan itu sia-sia jika ternyata tuntunan-tuntunan perubahan yang terjadi justru berbeda dari apa yang diramalkan.
2.      Perencanaan pendidikan harus bersifat komprehensif, artinya perencanaan pendidikan itu mencakup perencanaan seluruh bagian dari sistem pendidikan dalm satu pandangan yang utuh, yang akan menjamin keharmonisan perkembangan masing-masing bagian tersebut. Termasuk dalam hal ini perencaan pendidikan non-formal (luar sekolah) yang harus diintegrasikan dengan pendidikan formal untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan masyarakat.
3.      Perencanaan pendidikan harus diintegrasikan dengan perencanaan ekonomi, sosial, budaya, dan pembangunan masyarakat secara keseluruhan. Kalau pendidikan ingin diarahkan untuk membantu individu dan masyarakat, serta agar sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan seefisien mungkin, maka pendidikan tidak boleh berjalan sendirian mengabaikan kebutuhan realitas (perkembangan) sekitarnya. Melainkan ia harus diintegrasikan dengan perencanaan makro pembangunan masyarakat.
4.      Perencanaan pendidikan harus merupakan bagian integral dari pengelola pendidikan. Artinya, perencanaan itu harus punya akses ke arah proses pengambilan keputusan dibidang pendidikan oleh pihak peneglola. Kalau berdiri sendiri, maka perencanaan pendidikan hanya akan  tampil sebagai karya akademis yang tidak memiliki pengaruh apa-apa terhadap pembaruan dan pembangunan pendidikan.
5.      Perencanaan pendidikan harus memperhatikan perkembangan kualitatif di samping perluasan secara kuantitatif. Karena hanya dengan begitu perencanaan pendidikan akan dapat menjadi pendidikan yang relevan, efisien, dan efektif.
F.     Macam-Macam Perencanaan Pendidikan
Ada beberapa macam perencanaan dalam pendidikan. Pertama perencanaan pendidikan ditinjau dari segi waktu dapat dibagi menjadi dua:
1.      Jangka panjang: perencanaan yang jangka waktu minimalnya 10 tahun
2.      Jangka menengah: yang jangka waktunya diantara 1-5 tahun
3.      Jangka pendek: perencanaan yang jangka waktunya maksimal 1 tahun
Kedua, perencanaan pendidikan ditinjau dari segi ruang lingkupnya yaitu:
1.      perencanaan makro yang bersifat nasional: adalah perencanaan pendidikan yang berlaku secara nasional bagi seluruh penduduk negara.
2.      perencanaan meso yang bersifat regional: mencakup perencanaan pendidikan dalam satu wilayah tertentu dan berlaku khusus untuk tingkat daerah tersebut.
3.      perencanaan mikro yang bersifat lokal: perencanaan pendidikan yang mencakup suatu lembaga pendidikan atau sekelompok kecil lembaga pendidikan yang sama atau berdekatan tempatnya.
Dan ketiga perencanaan pendidikan ditinjau dari segi sifatnya dapat dibedakan menjadi:
1.      perencanaan strategi pendidikan: berkaitan dengan perencanaan sejumlah kebijakan fundamental pendidikan, pendekatan yang dipakai, tujuan yang hendak dicapai, dan hal-hal yang menyangkut garis-garis besar pendidikan.
2.      perencanaan operasional pendidikan: berkaitan dengan perencanaan langkah-langkah konkrit kearah realisasi pendidikan jangka pendek yang siap dioperasionalisasikan yang biasanya mempunyai dua sifat yaitu strategi dan operasional.
G.    Kriteria Keberhasilan Perencanaan dalam Pendidikan
Ada beberapa pendapat mengenai ukuran-ukuran kriteria untuk menilai perencanaan pendidikan. Sebagian dapat diterapkan untuk perencanaan pada umumnya, dan sebagian yang lain diperuntukkan khusus bagi perencanaan pendidikan:
1.      Perencanaan pendidikan itu diintegrasikan dengan pembangunan nasional, output pendidikan dapat menjadi input yang baik bagi pembangunan.
2.      Perencanaan pendidikan itu komprensif, mengandungi keseluruhan sistem dan bagian pendidikan secara utuh, termasuk mengintegrasikan pendidikan non-formal dalam perencanaan pendidikan.
3.      Perencanaan pendidikan itu menjangkau masa depan, artinya meraba kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat di masa depan.
4.      Perencanaan pendidikan itu terintegrasi dengan pengelolaan pendidikan.
5.      Perencanaan pendidikan itu memperhatikan masalah kualitatif di samping maslah kuantitatif pendidikan.
H.    Langkah-Langkah Perencanaan Pendidikan
            Secara garis besar, langkah-langkah perencanaan pendidikan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni perencanaan strategi dan perencanaan operasional pendidikan. Perencanaan strategi menyangkut penepatan kebijaksanaan yang diambil dalam soal pendidikan, pendekatan yang dipakai, serta tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Sedangkan perencanaan oprasional berkaitan dengan penetapan alternatif upaya yang dipakai untuk merealisasikan perencanaan stertegi dan tujuan perencanaan tersebut dalam bentuk metode, prosedur, koordinasi, dll. Perencanaan strategi di sebut oleh Cunningham sebagai “ Doing the right things”, sedangkan perencanaan oprasional disebut sebagai “doing things right”. Jadi dalam perencanaan strategi yang direncanakan adalah bagaimana melakukan sesuatu yang benar, sementara dalam perencanaan oprasional yang direncanakan adalah bagaimana mengerjakan sesuatu itu secara benar.
            Langkah-langkah perencanaan pendidikan secara rinci mempunyai banyak versi sesuai dengan pendapat tokoh-tokoh yang mengemukakannya. Salah satu diantaranya dikemukakan oleh Edgar L. Morphet dalam bukunya PLANNING AND PROVIDING FOR EXCELLENCE IN EDUCATION, yang mengatakan bahwa prosedur yang harus diperhatikan dalam perencanaan pendidikan adalah : 1) Mengumpulkan informasi dan analisis data; 2) Mengidentifikasi kebutuhan; 3) Mengidentifikasi tujuan dan prioritas; 4) Membentuk alternatif penyelesaian; 5) Mengimplementasi, menilai dan memodifikasi.



Daftar Pustaka
Tilaar, H.A.R. 2003, Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian Pendidikan Masa Depan, Cetakan keenam, Edisi Revisi, Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.
Salim, Agus. 1993, Perencanaan Pendidikan: Sebuah Pengantar, Ponorogo: Institut Pendidikan Darussalam Pondok Modern Gontor.


[1] H.A.R.Tilaar, “Manajemen Pendidikan Nasional” cetakan VI. (Bandung: Remaja Rosdakarya 2003) h. 3
[2]  Ibid., h.4

No comments:

Post a Comment

PERANAN KELUARGA DALAM ISLAM

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun no-Islam. Karena keluarga merupakan tempa...