PENDAHULUAN.
Pada umumnya,
seorang guru mempunyai tugas yang sangat kompleks pada masa pra jabatan dan
masa bekerjanya, sehingga menuntut para guru untuk menguasai sejumlah
ketrampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan profesi dan jabatannya. Guru
menjalankan tugas di dalam kelas selama bertahun-tahun tanpa ada koreksian dan
pembinaan yang tepat dar siapapun, padahal dalam kenyataannya guru tersebut
masih memerlukan pembinaan yang layak. Kegiatan yang membantu guru dalam pertumbuhan jabatannya sebagai
guru disebut supervisi dan orang yang memberikan bantuan tersebut disebut
supervisior.
Pada mulanya, supervisi dibebankan
pada orang awam yang yang tidak memahami betul tugas-tugas supervisi itu
sendiri, melainkan ia bertindak sebagai pengawas. Para pengawas teresebut hanya
menginspeksi sarana-sarana sekolah tertentu, sedangkan cara mengajar para guru
yang seharusnya menjadi perhatian utama dikesampingkan. Para pengawas tersebut
hanya bertindak administratif tanpa menganalisa kemampuan para guru dalam
mengajar.
Sebenarnya para guru tersebut membenci
model superfisi seperti yang telah dijelaskan diatas dan mereka berpendapat
bahwa supervisi tersebut tidak banyak membantu. Yang mereka benci sebenarnya
bukan supervisinya, melainkan model supervisi yang dilakukan. Itu disebabkan beberapa hal, yaitu:
1.
Supervisi disamakan dengan evualiasi.
2.
Supervisi dilakukan untuk menjalankan tugas bukan karena atas
dasar kebutuhan.
3.
Supervisi dilakukan secara tradisional.
4.
Supervisor kurang menguasai tugas-tugas dan teknik-teknik
superfisi, sehingga cenderung monoton, dan tidak sistematis, bersifat sangat
subjektif dan tidak terukur.
Meskipun beberapa alasan tersebut
menyebabkan peranan supervisi di lembaga pendidikan menjadi lemah, akan tetapi
kegiatan supervisi tersebut berangsur-angsur mulai mendekati pada tujuan
awalnya. Yang berarti kegiatan supervisi yang pada mulanya dilakukan oleh orang
awam, telah beralih kepada orang yang berkompeten dalam kegiatan supervisi itu
sendiri. Inilah yang memunculkan supervisi klinis yang lebih menekankan usaha
membantu guru memperbaiki penampilan mengajar mereka.
PEMBAHASAN.
Supervisi klinis adalah supervisi yang
difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai
dari tahap penrencanaan, pengamatan dan analisis yang intensif terhadap
penampilan pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses
pembelajarannya.
Menurut Richard Waller, yang
mendefinisikan supervisi klinis sebagaimana yang dikutip dari Jhon J, Bolla,
“sebagai supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan menjalankan
siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis
intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan
untuk modifikasi yang rasional.”
Sedangkan Keith Achesson dan Meredith
D.Call menyatakan bahwa supervisi klinis adalah proses membantu guru
memperkecil jurang antara tingkah laku yang ideal.
Secara teknis mereka menyebut supervisi
klinis adalah suatu model supervisi yang terdiri dari tiga fase: pertemuan perencanaan,
observasi kelas, dan pertemuan balikan.
Secara gamblang akan dijelaskan
sebagai berikut:
·
Tahap perencanaan
awal. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: (1)
menciptakan suasana yang intim dan terbuka, (2) mengkaji rencana pembelajaran
yang meliputi tujuan, metode, waktu, media, evaluasi hasil belajar, dan
lain-lain yang terkait dengan pembelajaran, (3) menentukan fokus obsevasi, (4)
menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan (5) menentukan teknik
pelaksanaan obeservasi.
·
Tahap pelaksanaan
observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
(1) harus luwes, (2) tidak mengganggu proses pembelajaran, (3) tidak bersifat
menilai, (4) mencatat dan merekam hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran
sesuai kesepakatan bersama, dan (5) menentukan teknik pelaksanaan observasi.
·
Tahap akhir (diskusi
balikan). Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: (1)
memberi penguatan; (2) mengulas kembali tujuan pembelajaran; (3) mengulas
kembali hal-hal yang telah disepakati bersama, (4) mengkaji data hasil
pengamatan, (5) tidak bersifat menyalahkan, (6) data hasil pengamatan tidak
disebarluaskan, (7) penyimpulan, (8) hindari saran secara langsung, dan (9)
merumuskan kembali kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak lanjut proses
perbaikan. Tahap ini merupakan tahap evaluasi tingkah laku guru untuk
dianalisis dan diinterpretasikan dari supervisor kepada guru.
Dalam supervisi klinis, terdapat beberapa
prinsip yang harus diketahui. Beberapa prinsip yang menjadi landasan bagi pelaksanaan supervisi
klinis, adalah:
·
Hubungan antara
supervisor dengan guru, kepala sekolah dengan guru, guru dengan mahasiswa PPL
adalah mitra kerja yang bersahabat dan pebuh tanggung jawab.
·
Diskusi atau
pengkajian balikan bersifat demokratis dan didasarkan pada data hasil
pengamatan.
·
Bersifat
interaktif, terbuka, obyektif dan tiidak bersifat menyalahkan.
·
Pelaksanaan
keputusan ditetapkan atas kesepakatan bersama.
·
Hasil tidak untuk
disebarluaskan
·
Sasaran supervisi
terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru, dan tetap berada di ruang lingkup
pembelajaran.
·
Prosedur
pelaksanaan berupa siklus, mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan
(pengamatan) dan tahap siklus balikan.
Adapun tujuan supervisi klinis secara
umum adalah, memberikan tekanan pada proses pembentukan dan pengembangan
provesionalitas guru dengan maksud memberikan respon terhadap kebutuhan guru
yang berhubungan terhadap tugas-tugasnya.
Dari tujuan umum yang telah disebutkan
diatas, tujuan supervisi klinis dapat diperinci lagi dalam golongan khusus:
a.
Menyediakan bagi guru suatu
feedback (atau) balikan yang obyekif dari kegiatan mengajar guru yang baru saja
dijalankan.
b.
Mendiagnosis dan membantu memecehkan masalah-masalah mengajar.
c.
Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan
strategi-strategi mengajar.
d.
Sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan,
promosi jabatan atau pekerjaan mereka.
e.
Membantu guru mengembangkan sikap positif terhadap pengembangan
diri secara terus-menerus dalam karir dan profesi mereka secara mandiri.
Seorang supervisor yang baik perlu
mengetahui peranan dan kualifikasi atau syarat-syarat seorang supervisor. Peranan utama supervisor adalah menciptakan
kerja sama yang memungkinkan pertumbuhan keahlian dan kepribadian orang yang
diajak bekerja sama. Seorang supervisor diharap mampu menjalankan fungsi-fungsi
sebagai berikut:
a.
Mendiagnosisi dan menilai. Supervisor harus mendiagnosis dan
menilai kebutuhan-kebutuhan yang dirasa kurang.
b.
Merencanakan. Supervisor harus membantu guru dalam merencanakan
suatu tujuan berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dimilikinya, memilih
strategi, serta menyediakan sumber-sumber dari segala aspek guna mencapai
tujuan.
c.
Memberi motifasi. Supervisor
harus membantu guru dalam menjaga suasana kerjasama bagi kepentingan bersama.
d.
Membeeri penghargaan dan melaporkan kemajuan. Supervisor harus menyediakan data
perkembangan kemajuan guru serta memnerikan penghargaan dan mengumumkan
kemajuan yang telah dicapai oleh guru yang bersangkutan.
Kriteria dan Teknik Supervise Klinis
Dalam
melaksanakan proses supervise klinis diperlukan kriteria serta serta teknik
tertentu agar proses supervisi klinis itu dapat berjalan dengan lancer.
1.
Kriteria dan teknik
pertemuan pendahuluan
a.
Mengadakan pertemuan dengan guru dalam suasana yang menyenangkan, tidak
“mengancam” dan menakuti.
b.
Menentukan bersama segi yang harus diamati selama pelajaran berlangsung dan
cara mencatat hasil observasi.
c.
Jika ada, supervisor menanyakan pengalaman penampilan masa lalu untuk melihat
segi-segi atau sub-keterampilan yang akan diperbaiki atau disempurnakan.
2.
Kriteria dan teknik observasi ; fungsi observasi adalah berusaha menangkap
apa yang terjadi selama pelajaran berlangsung secara lengkap agar supervisor
dan guru dapat secara tepat mengadakan analisis yang obyektif. Ide pokok adalah
mencatat yang terjadi dan bukan reaksi supervisor yang dapat menimbulkan
ketidaknyamanan guru yang diamati. Suatu rekaman yang disimpan dengan baik akan
bermanfaat dalam analisis dan komentar kemudian.
Hal-hal yang harus diperhatikan kegiatan
observasi adalah;
a.
Kelengkapan catatan yang nantinya sangat berguna dalam menganalisa ap yang
telah terjadi selama pelajaran berlangsung.
b.
Focus, kepada hal yang akan diamati, misalnya dalam suatu
pelajaran tertentu adalah baik untuk
memfokuskan observasi tersebut pada reaksi siswa terhadap pertanyaan guru, dan
sebagainya.
c.
Menyesuaikan observasi dengan periode perkembangan mengajar guru.
d.
Mencatat komentar sewaktu guru memberikan komentar dalam proses pelajaran
berlangsung.
e.
Pola mengajar. Adalah sangat bermanfaat untuk mencatat pola tingkah laku
mengajar tertentu dari guru.
f.
Membuat guru tidak merasa gelisah.
3.
Kriteria dan teknik
balikan; fungsi balikan dalam hubungannya dalam supervisi klinis adalah untuk
menolong guru mempertimbangkan perubahan atau lebih tepat peningkatan dalam
tingkah laku dalam mengajar. Balikn merupakan informasi kepada guru tentang
bagaimana guru mempengaruhi siswanya dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk
mencapai maksud tersebut maka balikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a.
Lebih bersifat deskriptif dari pada evaluative karena fungsinya adalah
memberi gambaran yang terperinci tentang penampilan guru selama mengajar, bukan
menilai penampilan guru.
b.
Bersifat spesifik. Guru belum mengetahui dalam segi apa ia memberi
penguatan secara tidak tepat, misalnya apakah dalam pengetahuan verbal, gerakan
badan atau lainnya.
c.
Memenuhi kebutuhan baik bagi supervisor maupun guru.
d.
Ditujukan kepada/untuk tingkah laku guru yang dapat dikendalikannya.
e.
Isi balikan merupakan permintaan guru dan bukan yang diadakan oleh
supervisor.
f.
Tepat waktunya. Balikan akan lebih bermanfaat apabila segera diberikan
sesudah pelaksanaan mengajar.
g.
Harus terkomunikasikan secara jelas kepada guru.
h.
Harus dapat menilong guru memperhatikan kelebihan-kelebihan untuk
mengembangkan gaya mengajarnya sendiri.
i.
Hendaknya dimulai dulu dengan menunjukkan keunggulan-keunggulan atau
segi-segi yang kuat, baru kemudian mendiskusikan segi-segi yang menimbulkan
masalah baginya.
j.
Data balikan dalam bentuk instrument observasi harus disimpan dengan baik
oleh supervisor dan merupakan catatan mengenai perkembangan ketrampilan
mengajar guru, seperti kartu status pasien bagi seorang dokter yang
sewaktu-waktu dapat digunakan bila diperlukan.
I.
Peranan dan kualivikasi supervisor
Untuk menjadi seorang supervisor yang baik
maka perlu diketahui lebih dahulu apakh peranan kualifikasi atau syarat-syarat
seorang supervisor. Dengan mengetahui peranan dan kualifikasi tersebut maka
seorang supervisor harus selalu berusaha untuk mengembangkan diri guna memenuhi
persyaratan tersebut. Dengan terpenuhinya persyaratan itu maka diharapkan
seorang supervisor dapat menjalankan fungsinya dengan lebih baik.
KESIMPULAN
Supervisi dilakukan untuk memperbaiki
proses pembelajaran yang belum tepat atau susah dalam mencapai perkembangan.
Namun para supervisor kebanyakan belum memahami tujuan supervisi itu sendiri
sehingga menyebabkan kegiatan supervisi itu sendiri terkesan tidak disenangi
oleh para guru.
Supervisi klinis sendiri adalah
kegiatan supervisi yang lebih menekankan pada proses perbaikan cara pengajaran
para guru yang kurang tepat dengan melalui beberapa tahapan yang telah
dijelaskan diatas. Sehingga kegiatan supervisi terkesan lebih dibutuhkan oleh
para guru guna mempebaiki proses pembelajara disekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Mukhtar, M.Pd, Dr. Iskandar, M.Pd, Orientasi Baru
Supervisi Pendidikan, GP press, Ciputat-Jakarta, cetakan pertama, 2009
Iim, Waliman, dkk. Supervisi Klinis (Modul
Manajemen Berbasis Sekolah). Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat,
2001.
Agus, Taufiq. Supervisi Bimbingan dan Konseling (Bahan
Pelatihan BK di Cikole). Bandung. 2007.
No comments:
Post a Comment