Saturday 2 February 2013

PERAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN



A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, upaya untuk memajukan pendidikan sangat digalakkan oleh pemerintah. Karena maju mundurnya negara, tergantung dari rendah tingginya kualitas pendidikan.Untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas, diperlukan manajemen yang rapi yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan dapat dilihat dari beberapa segi, antara lain jika dilihat dari kaca mata filsafat antropologi, pendidikan bertujuan untuk menghasilkan sosok manusia yang diinginkan. Simon Bloom menggunakan taksonomi tujuan pendidikan yang didasarkan pada aspek psikologis. Rumusan tujuan tersebut menyangkut tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
Manajemen yang baik menentukan baik buruknya pembelajaran, bagaimana seorang guru menggunakan metode yang tepat, penyediaan alat belajar yang cukup, dan suasana kelas yang kondusif saat proses belajar mengajar. Itu semua sangat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar yang sesuai dengan apa yang diharapkan[1]. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar.
Untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas, diperlukan manajemen yang baik yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan.Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini terlihat dari perhatian seba- gian guru (pendidik)yang menjadikan siswa sebagai objek,bukansebagai subjek dalam belajar. Kondisi inilah yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional.
Menyadari kenyataan ini, para ahli berupaya untuk merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki anak didik. Strategi yang ditawarkan adalah strategi belajar aktif (active learning). Metode inilah yang sekarang dilakukan pada pembelajaran modern.Penggunaan media pembelajaran yang tepat, yang memanfaatkan teknologi juga digunakan pada pembelajaran dewasa ini. Sehingga apa yang menjadi tujuan pendidikan bisa tercapai.
Kualitas sekolah dapat diidentifikasi dari banyaknya siswa yang memiliki prestasi, baik prestasi akademik maupun prestasi bidang lain, serta lulusannya relevan dengan tujuan.Melalui siswa yang berprestasi dapat ditelusuri manajemen sekolahnya, profil gurunya, sumber belajar,dan lingkungannya. Sekolah yang efektif selalu responsif dan adaptif terhadap perkembangan lingkungan yang kompleks. Hal penting yang perlu mendapatkan perhatian utama adalah masalah layanan pembelajaran. Layanan pembelajaran diarahkan pada penyampaian materi pelajaran. Guru harus betul-betul menunjukkan keprofesionalannya dalampenguasaan dan penyampaian materi. Karena hal ini menimbulkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari siswa atau kewibawaan guru.[2]
Sebagai seorang pendidik yang profesional, guru hendaknya dapat menjadi teladan bagi masyarakat luas, lebih khusus bagi para anak didiknya.Dalam menjaga hubungan dengan peserta didik, seorang guru mempunyai prinsip membimbing peserta didik, bukan mengajar atau mendidik saja[3].
Pengertian membimbing, seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam sistem amongnya. Tiga kalimat padat yang terkenal dari sistem itu adalah ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Ketiga kalimat itu mengabdung arti bahwa pendidikan harus dapat member contoh, harus dapat memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik.

B.       Penegasan Istilah
1.      Manajemen
Manajemen adalah kemampuan dan ketrampilan khusus untukmelakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.Hersey dan Blanehara (1982) memberikan pengertian bahwa pengelolaan merupakan kegiatan yang dilakukan bersama dan melalui seseorang serta kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen merupakan istilah lain dari pengelolaan yang menurut Suharsimi Arikunto (1996:2) adalah pengadministrasian, pengaturan, dan penataan suatu kegiatan.[4]
2.      Pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya mebelajarkan siswa-siswa belajar. Pembelajaran juga diartikan sebagai sebuah proses perubahan tingkah laku atau sikap yag disebabkan oleh pengalaman. Belajar menurut Gagne dalam Dahar (1989) dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu oganisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Belajar pada hakekatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang sedang belajar (Diknas, 2004) Dari konsep belajar muncul istilah pembelajaran. Degeng dalam Wena (2009) mengartikan pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa. Gagne dan Briggs mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kondisi, peristiwa, kejadian, dsb ) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi pembelajar, sehingga proses belajarnya dapat berlangsung mudah (Diknas, 2004).[5]

C.      Hakekat Manajemen Pembelajaran
Sesuai perkembangan kebutuhan manusia, pemahaman tentang manajemen juga mengalami perkembangan secara luas. Manajemen diartikan sebagai mengelola orang-orang, mengambil keputusan dan mengorganisasi sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan yang telah ditentukan. Demikian definisi pengertian yang lain ialah menekankan pengaturan orang-orang yang tugasnya mengarahkan usaha ke arah tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain. Sesuatu aktivitas menggerakkan oarang lain, suatu kegiatan memimpin, atas dasar sesuatu yang telah diputuskan terlebih dahulu[6].
Pemimpin organisasi disebut para manajer, sedangkan secara kolektif mereka disebut manajemen. Secara umum manajemen diartikan sebagai proses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan.
Belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan pembelajaran dipandang sebagai proses kegiatan menggerakkan orang-orang untuk belajar. Dalam kegiatan pembelajaran akan tercipta berbagai teknik-teknik yang bersifat kelembagaan[7], artinya disesuaikan dengan lembaga pendidikan tertentu, seperti :
1)      Teknik menciptakan masyarakat belajar di sekolah,
2)      Teknik menciptakan masyarakat ilmiah di perguruan tinggi,
3)      Teknik mengadakan dan mengatur sumber belajar,
4)      Teknik meningkatkan partisipasi alumni dan masyarakat,
5)      Teknik meningkatkan kerja sama dengan lembaga-lembaga yang sejenis,
6)      Teknik ketatausahaan yang tepat waktu dan konsisten.
Beberapa isu yang berhubungan dengan proses belajar mengajar antara lain:
1)      Variasi aktivitas belajar cenderung kurang menyeluruh, dan hanya didasarkan pada minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang guru,
2)      Aktivitas pendidikan yang diperoleh siswa terbatas, Aktivitas siswa kurang berorientasi kepada gaya hidup di masa mendatang.
Berdasarkan pemikiran tersebut manajemen pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha ke arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain, atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa (orang yang belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah kepada pengembangan gaya hidup di masa mendatang[8].

D.      Pengembangan Manajemen Pembelajaran
Beberapa bagian terpenting dari manajemen pembelajaran tersebut antara lain:
1.      Penciptaan lingkungan belajar.
2.      Mengajar dan melatihkan harapan kepada siswa.
3.      Meningkatkan aktivitas belajar.
4.      Meningkatkan disiplin siswa
Selain itu dalam penyusunan materi diperlukan pula rancangan tugas ajar dalam wilayah psikomotrik, rancangan tugas ajar dalam wilayah kognitif, serta rancangan tugas ajar dalam wilayah afektif.

E.       Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran
Praktek manajemen menunjukkan bahwa fungsi atau kegiatan manajemen seperti planing, organizing, actuating, dan controling secara langsung atau tidak langsung selalu bersangkutan dengan unsure manusia, planning dalam manajemen adalah ciptaan manusia, organizing selain mengatur unsure manusia, actuating adalah proses menggerakkan manusia-manusia anggota organisasi, sedang controlling diadakan agar pelaksanaan manajemen [9](manusia-manusia) selalu dapat meningkatkan hasilnya.
Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kegiatan yang dilakukan guru, seperti halnya dengan konsep mengajar. Pembelajaran mencakup semua kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belejar manusia. Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide maupun kombinasi dari bahan bahan itu. Bahkan saat ini berkembang pembelajaran dengan pemanfaatan berbagai program komputer untuk pembelajaran atau dikenal dengan e learning.
Berpijak dari konsep manajemen dan pembelajaran, maka konsep manajemen pembelajaran dapat diartikan proses mengelola yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian (pengarahan) dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan dengan proses membelajarkan si pebelajar dengan mengikutsertakan berbagai faktor di dalamnya guna mencapai tujuan. Dalam “memanaje” atau mengelola pembelajaran, manajer dalam hal ini guru melaksanakan berbagai langkah kegiatan mulai dari merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran, mengarahkan dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan. Pengertian manajemen pembelajaran demikian dapat diartikan secara luas dalam arti mencakup keseluruhan kegiatan bagaimana membelajarkan siswa mulai dari perencanaan pembelajaran sampai pada penilaian pembelajaran[10].
Dari fakta di atas dapatlah dibenarkan bahwa pendapat yang menyatakan sukses tidaknya suatu organisasi untuk bagian yang besar tergantung kepada orang-orang yang menjadi anggotanya. Betapa pun sempurnanya rencana-rencana, organisasi dan pengawasan penelitiannya, bila orang-orang tidak mau melekukan pekerjaan yang diwajibkan atau bila mereka tidak dapat menjalankan tugas yang diwajibkan kepadanya tidak akan diperoleh hasil yang sesuai atau optimal.

F.       Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini tidak terlepas dari proses perencanaan yang telah diuraikan di muka, tentunya sudah dalam bentuk ujud rencana atau program kegiatan. Dengan kata lain, pelaksanaan kegiatan ini merupakan implementasi rencana atau program yang telah dibuat dalam proses perencanaan. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini secara sederhana paling tidak mencakup:
a.      Pengembangan Strategi Pembelajaran
Pengembangan strategi pembelajaran menunjuk upaya men-gimplementasikan suatu rencana yang telah disusun. Pengembangan strategi dimaksudkan untuk memberi "nyawa" terhadap interaksi seluruh komponen proses kegiatan dalam iklim pendidikan orang dewasa (andragogis). Ini berarti bahwa pengembangan strategi pembelajaran merupakan taktik yang digunakan tutor agar dapat memfasilitasi warga belajar dalam mencapai tujuan belajar dengan efektif dan efisien[11].
Dalam prakteknya, pengembangan strategi ini harus mempertimbangkan prosedur, langkah-langkah, dan cara-cara mengorganisir kegiatan warga belajar. Tahapan pembelajaran berkenaan dengan langkah-langkah kegiatan tutor, mulai tahap awal sampai tahap penilaian serta tindak lanjut. Sedangkan model-model pembelajaran berkenaan dengan cara-cara tutor mengembangkan kegiatan warga belajar sehubungan dengan bahan yang harus dipelajarinya.
b.      Pemberian Motivasi Belajar
 Suatu kebutuhan atau tujuan. Dan kepuasan akan mengacu kepada pengalaman yang menyenangkan pada saat terpenuhinya suatu kebutuhan. Dengan kata lain bahwa kaitan antara motivasi dengan kepuasan belajar adalah suatu dorongan yang timbul dari individu warga belajar untuk mencapai hasil yaitu belajar, sehingga hasil tersebut memberikan kepuasan.
Seorang tutor harus memahami bahwa sebelum individu warga belajar menyadari akan adanya kebutuhan, didahului oleh dorongan-dorongan yang seringkali menimbulkan ketidakseimbangan dalam dirinya. Namun perlu dibedakan antara dorongan dengan kebutuhan. Kebutuhan atau tujuan belajar yang diharapkan merupakan konsep yang memberikan dasar dan sekaligus arah pada terbentuknya motivasi belajar yang kuat. Motivasi sebagai suatu proses menyangkut kondisi psikologis warga belajar, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya ciri-ciri pribadi individu warga belajar, tingkat dan jenis tugas yang harus dikerjakan, dan lingkungan belajar. Dengan demikian, bagi tutor dalam memberikan motivasi belajar pada warga belajar, paling tidak ada tiga tindakan yang harus dilakukannya[12]:
1)      Memahami ciri-ciri pribadi individu warga belajar,
2)      Membuat tingkat dan jenis tugas yang menarik minat warga belajar,dan
3)      Menciptakan lingkungan belajar sesuai harapan dan kebutuhan warga belajar.
c.       Pemantauan Disiplin Belajar
Konsepsi pemantauan secara umum menunjuk pada upaya mengamati dan pengendalian kegiatan agar sesuai dengan rencana. Pemantauan dalam konteks kegiatan pembelajaran orang dewasa pada hakekatnya sama saja. Namun tekanannya pada situasi dan kondisi warga belajar dalam melakukan tugas belajar.
Konsepsi disiplin mengacu pada ketertiban pelaksanaan kegiatan yang berpedoman pada peraturan yang telah disepakati bersama dan telah ditentukan dalam perencanaan. Dalam konteks pembelajaran orang dewasa, disiplin menyangkut ketertiban tutor yang menciptakan suasana belajar dan ketertiban warga belajar dalam melakukan tugas-tugas belajar.[13]
Pemantauan yang dilakukan terhadap ketertiban situasi dan kondisi ini turut menentukan sejauhmana situasi dan kondisi itu menjadi lingkungan belajar. Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang warga belajar untuk melakukan tugas-tugas belajar, memberikan rasa aman, yang pada ahirnya mencapai kepuasan dalam memperoleh tujuan belajar.

F. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan usaha untuk menggerakkan orang-orang dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut diperlukan langkah-langkah nyata seperti planning, organizing, actuating, serta controlling.Manajemen pembelajaran dapat diartikan secara luas dan secara sempit.
Manajemen pembelajaran dalam pengertian luas adalah keseluruhan kegiatan mengelola proses membelajarkan siswa sebagai pebelajar oleh guru melalui tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengendalian dengan maksud mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Manajemen pembelajaran dalam pengertian sempit adalah kegiatan mengelola interaksi guru dengan siswa yang terjadi pada saat pelaksanaan pembelajaran. manajemen pembelajaran sebagai upaya maksimal guru dalam  mewujudkan karakter siswa selaku warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab. Kegiatan “memanej’ pembelajaran diawali dengan kegiatan perencanaan yang memerlukan pemahaman yang benar terlebih dahulu akan tujuan yang ingin dicapai.Dalam dunia pendidikan (termasuk di dalamnya pembelajaran) kegiatan dalam manajemen baik umum maupun ekonomi diperlukan dan pada bagian tertentu dapat diterapkan demi mendapatkan hasil yang optimal.







DAFTAR PUSTAKA
Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Filosofi Teori dan Aplikasi. Jakarta : Pakar Raya.
Pidarta, Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta.
Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang Standar Proses
Soetopo, Hendyat dan Wasty Soekamto. 1982. Pengantar Operasional Manajemen Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Sutikno, M. Sobry. 2012. Manajemen Pendidikan: Langkah Praktis Mewujudkan Lembaga Pendidikan yang Unggul (Tinjauan Uum dan Islam). Cetakan Pertama. Lombok: Holistica.
Suherma, Adang, Drs., M.A. dan Drs. Agus Mahendra, M.A.2001. Menuju Perkembangan Menyeluruh, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Olahraga.
Widiyanti, Ninik, Dra. 1998. Manajemen Koperasi, Jakarta : Rineka Cipta.





[1] M. Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan: Langkah Praktis Mewujudkan Lembaga Pendidikan yang Unggul (Tinjauan Uum dan Islam), Cetakan Pertama, (Lombok: Holistica, 2012), Hal. 6.
[2] Hendyat Soetopo dan Wasty Soekamto, Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional, 1982). Hal. 95.
[3] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Ed. Revisi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Hal. 65-66.
[4] M. Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan: Langkah Praktis Mewujudkan Lembaga Pendidikan yang Unggul (Tinjauan Uum dan Islam), Cetakan Pertama, (Lombok: Holistica, 2012), Hal. 4.
[5] Permendiknas,  No 41 tahun 2007 tentang Standar Proses
[6] Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Administrasi Pendidikan, Cetakan Kedua, (Malang: IKIP Malang, 1989). Hal. 86.
[7] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Ed. Revisi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Hal. 17.
[8] Ella Yulaelawati.. Kurikulum dan Pembelajaran. Filosofi Teori dan Aplikasi. (Jakarta : Pakar Raya, 2004), p. 14.
[9] Pidarta, Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta : Rineka Cipta 2004), p,32.
[10] Ella Yulaelawati.. Kurikulum dan Pembelajaran. Filosofi Teori dan Aplikasi. (Jakarta : Pakar Raya, 2004), p. 76.
[11] Widiyanti, Ninik,. Manajemen Koperasi, (Jakarta : Rineka Cipta1998), p. 42.
[12] Syamsul Hadi, Profesionalisme Guru Dalam Menghadapi Tuntutan Pembelajaran Demokratis ( jakarta Erlangga 1987), P. 68.
[13] Ratna Wilis Dahar,. Teori teori Belajar,( Jakarta: Erlangga 1989 ), p. 52.

1 comment:

PERANAN KELUARGA DALAM ISLAM

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun no-Islam. Karena keluarga merupakan tempa...