Hati yang bersih laksana cermin yang bening. Bisa memantulkan sinar
dengan begitu cerahnya. (Hujjatul Islam
Imam al-Ghazali)
Bila hati bersih, maka ia akan mudah
menerima kebenaran. Bila hati itu bersih, maka ia akan ringan melakukan
kebaikan. Bila hati bersih, maka ia akan tergugah dalam beribadah. Bila hati
itu bersih, maka ia tak akan bosan untuk membaca Al-Qur’an. Bila hati itu
bersih, maka ia tak akan mudah mengeluhkan keadaan. Bila hati itu bersih, maka
ia akan jelas melihat permasalahan. Bila hati itu bersih, maka ia akan tergerak
menemukan jalan perubahan.
Bila hati itu bersih…
masih banyak yang bisa kita lakukan.
Nasihat dari hati yang bersih akan
sampai kepada hati yang bersih pula. Sebelum jauh kkita melangkah menyelami
masalah bersihkan hati dari berbagai prasangka, jauhkan jiwa dari aneka
praduga, murnikan pikiran dari kekotoran dan segaarkan dari rasa beku yang membelenggu.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Carilah hatimu di tiga (kesempatan): saat mendengar ayat-ayat Al-Qur’an
dikumandangkan, di majelis-majelis tempat orang berzikir dan di saat engkau
berada sendirian di tempat sunyi. Jika tidak kamu dapatkan hatimu di
tempat-tempat ini, maka bermohonlah kepada Allah agar memberikan karunia hati,,
sebab pada dasarnya engkau tidak mempunyai hati.”
Astaghfirullah,
bersihkan hati dengan perbanyak istighfar.
Spirit Problem
Solving (SPS) bukanlah kumpulan teori yang dicomot
dari sana sini, ataupun nukilan nakal yang diserobot asal jadi. Ia merupakan soft
skill agar terampil trengginas tetap bergerak lincah menghadapi
masalah, setabah air yang terus menetes, setangguh karang yang tetap menjulang,
dan sekokoh patung polisi yang istiqamah meski hujan dan badai dating
menendang. Yes!
Sebagai soft skill, kita bias
mengolah masalah menjadi sejarah. Menemukan ide-ide besar untuk mengubah hidup
menjadi kesuksesan luar biasa. Bukankah orang-orang besar adalah orang-orang
yang paling banyak masalahnya di dunia? Besarnya cobaan dan ujian adalah
sejarah mereka. Mereka yang mudah keok dan terperosok dalam
lubang-lubang dosa dan maksiat, menunjukkan betapa rendahnya orang tersebut.
SPS merupakan inner installer ,
trigger agar lebih pinter, kober dan seger. Pinter, yakni
berani belajar untuk belajar lebih pintar. Kober, meluangkan waktu untuk
bias. Seger, selalu segar dan tetap tegar menghadapi masalah.
Ketika menghadapi masalh yang sangat
ruwet, sulit untuk dipecahkan, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah membaca istighfar
hingga seribu kali, sehingga dadanya lapang dan mendapatkan solusi yang terang.
“Semua orang dapat berkata manis.
Orang benar adalah orang yang perkataannya manis, yakni perkataan yang sesuai
dengan perbuatannya. Siapa yang perkataannya tidak sesuai dengan perbuatannya
berarti ia telah memperburuk dirinya sendiri.” (Hikmah)
Sufyan bin
Uyainah berkata, “Manusia yang paling bodoh adalah yang membiarkan
kebodohannya. Manusia yang paling pandai adalah yang mengandalkan ilmunya.
Sedangkan mannusia yang paling utama adalah yang paling takut kepada Allah.”
Kekuatan yang Menggugah
Tidak istiqamah keimanan seseorang sehingga istiqamah hatinya, dan
tidak akan istiqamah hatinya sehingga istiqamah lisannya.
Hati yang bersih dibentuk dari iman
dan sinergi antara keyakinan, ucapan dan tindakan, tidak bisa tidak. Tidaklah
seseorang kehilangan perkataan yang benar kecuali apabila telah kehilangan
tindakan yang benar. Untuk membersihkan hati itu sendiri perlu tindakan lisan,
dengan zikrullah. Abu Darda mengatakan,
“Segala sesuatu memiliki pembersih dan kebinaran. Dan kebinaran
(kilauan) hati adalah dengan zikrullah.”
Hati yang bersih menjadi kekuatan
yang akan melejitkan potensi dengan spirit memberi tiada henti. Badan boleh
sakit, tubuh boleh lemah lunglai tak berdaya, namun kebersihan hati akan
menggerakkannya melampaui kelemahan yang dideritanya. Hasan al-Banna memberi
contoh nyata.
Suatu ketika , dia diundang untuk
menyampaikan ceramah di Port Said. Tapi sayang, dia tak mampu pergi ke Port
Said karena sakit. Tidak bisa melanjutkan perjalanan kecuali dengan berbaring
dari Ismaililyah ke Port Said. Dokter Mahmud Bek Shadiq yang memeriksanya
mengnjurkannya untuk membatalkan niatnya untuk pergi ke Port Said malamitu,
dikhawatirkan makin parah sakitnya. Namun al-Banna menolak dan bertejad
melanjutkan perjalanan meski dengan dipapah hingga turun dari kereta menuju
lokasi acara. Sampai di sebuah masjid beliau menegakkan shalat Maghrib sambil
duduk karena tak mampu lagi untuk berdiri.
“Tiba-tiba aku merasakan perubahan
jiwa luar biasa ketika itu. Aku begitu merasakan kebahagiaan Ikhwan di Port
Said dengan acara yang akan mereka gelar serta besarnya harapan mereka dari
acara tersebut. Mereka gembira telah membuat acara dengan biaya dan uang mereka
sendiri. Tanpa terasa air mataku meleleh. Aku menangis. Aku bermunajat kepada
Allah dengan khusyuk. Aku tenggelam dalam suasana yang aneh ketika itu. Hingga
ketika datang waktu shalat isya’ , tiba-tiba aku merasakan kondisi tubuhku
kembali pulih. Aku merasa mendapat suplai kekuatan yang sangat menakjubkan.
Kesembuhan total dan kebersihan suara yang sangat aneh.” (Mudzakiratul
da’wah wad Da’iyah, hlm. 88-89)
(lihat pada buku secara langsung, Insya Allah dak akan
nyesel apalagi mau baca bukunya “Spiritual Problem Solving”)
No comments:
Post a Comment