Saturday 2 February 2013

SPIRITUAL SOLUTION



Allah Ta’ala telah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 197 : …dan berbekallah, maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.
          Saudaraku, bekal spiritual akan membentuk kepribadian kita lebih dahsyat dan lebih kokoh, jauh lebih dewasa melampaui umur biologis kita, lebih cerdas melampaui kecerdasan dan kapasitas akal kita, kuat melebihi fisik kita yang sesungguhnya. Melampaui efektifitas yang seharusnya. Inilah saatnya kita berkaca. Akankah kita bersandar kepada selain Allah?
          Simak kisah seorang anak kecil yang memiliki kesadaran besar secara spiritual berikut ini:
          Syaikh Ibnu Dhafar al-Makky mengisahkan kehidupan masa kecil Abu as-Sirri. Masa kecil yang penuh kebesaran. Saat itu, ia sedang menemani ibunya yang sedang kesakitan dan mengalami kesulitan dalam persalinan. Coba anda bayangkan, seorang anak kecil harus berurusan dengan perkara besar. Karena pada saat itu sang ayah tidak berada di tempat tersebut. Maka ibunya menyuruhnya untuk memanggil ayahnya yang sedang keluar rumah.
          “Wahai, Ibunda,” kata Abu as-Sirri, “Apakah dalam kondisi yang sedemikian ini engkau akan meminta pertolongan kepada makhluk yang tidak bisa membawa manfaat atau bahaya, dan menjadikanku sebagai utusan pula kepadanya?”
          “Sebentar lagi aku mati,” kata sang inu sambil merasakan pedih perihnya rasa sakit menjelang persalinan.
“Wahai ibunda, katakanlah “Ya Allah tolonglah aku…” kata Abu as-Sirri membimbing ibunya. Maka sang ibu pun mengucapkannya dan seketika itu juga bayinya lahir. (Dikemas ulang dari Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid. Cara Nabi Mendidik Anak, hal. 35)
          Subhanallah. Inilah kesadaran spiritual yang melampaui batas-batas ketidakberdayaan manusia sebagai hamba Allah. Manusia yang lemah tak ada apa-apanya ketika dihadapkan pada kehendak Allah. Instal spiritual adalah dorongan yang kuat secara spiritual agar kikta tidak beribadah dan meminta kecuali kepada Allah, iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iinu. Tidak terlalu berharap kepada manusia karena bisa melupakan sandaran kuat yang sesungguhnya.
          Kita juga bisa belajar dari “kesalahan penuh pelajaran” Nabi Yusuf ketika berhasil mengurai mimpi teman satu ‘hotel prodeo’-nya. Allah mengisahkan tabiat model manusia pelupa yang tak lagi ingat kebaikan Nabi Yusuf, padahal Yusuf telah berjasa mengurai mimipinya.
Dan Yusuf  berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua: “ Taerangkanlah keadaanku kepada tuanmu,” Maka setan menjadikan dia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu tetaplah dia (Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya. (Q.s. Yusuf : 12)
          Ibrah besar dari kisah ini adalah jangan terlalu berharap (berekspektasi) kepada manusia, meski kita begitu berjasa besar kepadany. Berharaplah kepada Allah meski kita tak akan pernah berjasa sedikit pun kepada Allah. Allah-lah yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada kita.
          Hati-hati dengan bisikan yang membuat kita lupa. Lupa diri dengan anugrah Allah sehingga jarang bersyukur. Lupa dengan kebaikan orang lain sehingga tidak berterima kasih. Yang berbahaya adalah ketika lupa kepada Allah lantas mencari sandaran lain selain Allah ‘Azza wa jalla. Astaghfirullah....
          Saudaraku, kita bahagia dan tidak sesak di dada apabila telah melembagakan ketegaran spiritual dalam jiwa. Kemampuan yang akan melampaui efektivitas. Memberi lebih banyak, lebih baik, lebih prima dari yang diminta. Lebih tanggap, memberi sebelum diminta. Subhanallah. Itulah kebahagian di atas kebahagian. Surga sebelum surga. Engkau bisa memulainya serta langsung merasakannya.

(Nb: Bila anda ingin lebih tahu, bisa dilihat secara langsung pada Buku Spiritual Problem Solving, apalagi mau mengoleksi dan membacanya, Insya Allah anda tak akan Menyesal)




No comments:

Post a Comment

PERANAN KELUARGA DALAM ISLAM

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun no-Islam. Karena keluarga merupakan tempa...